Smarteen.co.id — Kamu suka nulis? Sering kirim tulisan ke berbagai media, tapi nggak pernah tembus? Hm, mungkin masalah tanda baca penyebabnya. Sobat, menulis kreatif untuk dikirim ke media massa atau penerbit itu gampang-gampang susah.
Berbeda dengan menulis untuk kepentingan pribadi—seperti membuat status di media sosial, dan sebagainya. Menulis profesional itu ada aturannya.
Aturan ini, sejatinya tidak mutlak. Semua bergantung pada media atau penerbit yang dituju. Namun, ada standar baku yang kerap dijadikan pedoman oleh banyak media atau penerbit untuk menyeleksi naskah yang masuk.
Nah, kalau kamu memang suka menulis, dan pengin banget lihat tulisanmu nongol di media massa—baik cetak maupun online—atau bahkan terbit menjadi sebuah buku, yuk simak tips penggunaan beberapa tanda baca yang tepat berikut ini.
Tanda Titik (.)
Secara umum, tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat pernyataan. Teknis penggunaannya adalah dengan mengikuti kata sebelumnya, kemudian diikuti spasi dan huruf kapital (huruf besar) pada kalimat selanjutnya. Misalnya: Hari ini turun hujan. Jalanan pun menjadi licin.
Dalam penulisan kalimat langsung, jika kalimat tersebut tidak ditambah narasi, tanda titik harus diletakkan bersambung dengan kata terakhir dan diikuti dengan tanda petik dua (”).
Contoh benar: “Aku makan banyak sekali.” ✅
Contoh salah: “Aku makan banyak sekali”. ❎
Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai untuk memisahkan beberapa anak kalimat dalam satu rangkaian kalimat. Penulisannya dengan disambung pada kata terakhir anak kalimat pertama, kemudian diikuti spasi dan uraian anak kalimat selanjutnya. Contoh: Aku masih lapar, tetapi makanan sudah habis.
Jangan ditulis begini ya: Aku masih lapar,tetapi makanan sudah habis. Atau bahkan: Aku masih lapar , tetapi makanan sudah habis.
BACA JUGA: 6 Tren Traveling Kekinian Sesuai Zaman
Dalam kalimat langsung, tanda koma dapat dipakai untuk mengakhiri dialog yang diikuti rangkaian narasi.
Contoh benar: “Ini untuk membantu orang tua,” ujar siswi itu. ✅
Contoh salah: “Ini untuk membantu orang tua”, ujar siswi itu. ❎
Contoh salah: “Ini untuk membantu orang tua” ujar siswi itu. ❎
Contoh salah: “Ini untuk membantu orang tua.” ujar siswi itu. ❎
Jika ingin membuat kalimat langsung dengan akhiran titik, tetapi masih dilanjutkan dengan rangkaian narasi, Sobat bisa melihat contoh ini: “Ini untuk membantu orang tua.” Siswi itu berkata sambil tersenyum.
Perbedaannya, setelah tanda titik dan petik dua, kata pertama pada narasi selanjutnya ditulis dengan huruf kapital. Sementara pada kalimat langsung yang diakhiri tanda koma dan petik dua, maka wajib diikuti spasi dan huruf kecil pada kata pertama dalam narasi selanjutnya—kecuali jika kata pertama adalah nama orang atau kota atau kata lain yang wajib ditulis dengan huruf kapital.
Tanda Tanya (?) dan Tanda Seru (!)
Teknis penggunaan kedua tanda ini mirip dengan tanda titik. Hanya saja, tanda tanya dipakai untuk kalimat tanya, dan tanda seru dipakai untuk kalimat seruan atau perintah.
Secara umum, masih banyak tanda baca lainnya. Jika ingin terus belajar, kamu bisa cek di buku panduan Ejaan Bahasa Indonesia yang bisa didapatkan dalam versi cetak atau ebook.
Konklusinya, ketika ingin menulis sesuatu—khususnya untuk dikirim ke media massa atau penerbit—kamu perlu perhatikan hal-hal teknis terkait tanda baca.
BACA JUGA: Mengenal Muhammad Daud, Mahasiswa Indonesia di Mesir yang Gemar Menulis
Sepele sih, memang. Namun, jika diabaikan, bisa jadi justru merusak keseluruhan kontenmu. Sebagus apa pun tulisan/ceritamu, kalau ditulis dengan acak-acakan (banyak typo, tanda baca ngawur, spasi berantakan, susunan huruf besar dan huruf kecil diabaikan, dan sebagainya), bakal bikin editor atau seseorang yang mengoreksi karyamu malas melanjutkan. So, perhatikan baik-baik ya! [Ibnu Majah/Dari Berbagai Sumber]