Smarteen.co.id — Aku Ina. Seorang siswi SMK kelas XII di kota Sragen. Sebagai murid yang tinggal dekat dengan sekolah, aku selalu menikmati berangkat ke sekolah dengan jalan kaki.
Tiap pagi, ada sesuatu yang menambah semangatku untuk bersekolah. Seorang lelaki saleh yang membuatku kagum, kagum dengan segala hal tentangnya. Kak Hanad, seorang remaja SMA yang juga pengurus masjid dan hafiz Al-Qur’an.
Jujur, dalam hati aku sangat mengaguminya, kalau boleh dibilang jatuh cinta dengan akhlak dan kepribadiannya yang luar biasa. Sejak kelas X aku telah menjadi pengagum dirinya.
Namun, sekali pun aku tak berani untuk mengajak bercakap dengannya. Hanya berani memandang dari kejauhan. Dia manis, karena itu aku selalu memanggilnya dengan ‘si manis’, dalam hatiku.
Pernah aku berharap, tetapi aku sudah merasa bahwa dia terlalu sempurna buat diriku yang seperti ini. Namun, apakah aku tak berhak untuk mencintainya? Berharap orang yang saleh seperti dia yang kelak menjadi imamku. Membimbing kehidupanku.
BACA JUGA: CERPEN: Pesan untuk Seseorang yang Telah Mengajariku Cara Menjadi Lebih Kuat
Merasa terpaut jauh antara diriku dengan dirinya, kadang aku malu untuk meminta kepada Allah. Namun, betapa aku ingin menjadi istri dari orang yang saleh seperti itu.
Setiap lantunan doa yang kupanjatkan aku selalu menyelipkan namanya. Aku masih takut untuk berharap lebih, maka aku hanya berani meminta agar dia diberikan kesehatan, keberkahan, dilancarkan semua urusannya dan jika Allah mengizinkan, aku ingin menjadi istrinya.
***
Entah Allah menakdirkan apa dalam kehidupanku, saat di perguruan tinggi aku pun satu kampus dengannya, satu fakultas juga dengannya. Lagi-lagi, aku hanya sanggup kagum dengannya, itu saja.
Aku semakin tahu bagaimana kesehariannya, bagaimana kesibukannya menjadi seorang aktivis. Aku pun mulai berani menyapa dan mengajaknya mengobrol.
Dia memang supel, tetapi lagi-lagi ada yang membuatku kagum, dia bisa menjaga diri. Tambah bermekaran perasaan cintaku padanya.
Aku merasa ingin menjadi seorang perempuan yang salihah pula. Seorang lelaki saleh untuk perempuan yang salihah, kan? Maka aku pun tinggal di pesantren mahasiswa.
Namun prosesku berubah menjadi lebih baik serasa sia-sia, saat aku mendengar kabar Kak Hanad sudah melamar seorang perempuan. Aku merasa pupus semua harapanku untuk menjadi istri Kak Hanad. Akhirnya, selesai sudah. Cinta yang tumbuh ini tak terbalas.
Lepas mendengar kabar itu aku berusaha menenangkan diri dengan lebih mendekat kepada Allah. Lebih banyak doa dan beribadah pada-Nya.
Namun, sejujurnya aku masih berharap bahwa lamarannya ditolak. Aku hanya berani berdoa, meminta dalam doa, dan mungkin cintaku ini juga cinta dalam doa.
***
Seusai kuliah, aku bekerja di sebuah perusahaan. Entahlah, ternyata sampai sekarang belum ada satu pria pun yang melintas di dalam hatiku. Aku masih saja memikirkan dia, orang yang senantiasa aku sebut dalam doa.
BACA JUGA: CERPEN: Cara Terbaik Menyalurkan Rindu
“Apa kabarnya dia ya sekarang?” berulang kali aku bertanya-tanya tentang hal itu. Mungkin dia sudah bahagia bersama wanita yang di sana. Mungkin juga perasaan cintaku ini adalah cinta yang tak harus memiliki.
Takdir Allah berkata lain. Di kesempatan yang lain, aku bertemu dengannya di sebuah acara di taman kota. Aku sempat mengobrol sebentar dengannya.
Ya Allah, ternyata dia belum jadi menikah waktu itu. Entah bagaimana aku menyembunyikan perasaan senangku ini. Mungkin dia pun menangkap ada sesuatu yang ada dalam hatiku tetapi tak sanggup untuk aku ungkapkan.
Allah menjawab doa-doaku beberapa bulan kemudian. Sosok yang senantiasa kusebut namanya dalam doa itu datang untuk melamarku.
Allah pasti mendengar semua doa hamba-Nya. Dan Allah akan mengabulkan doa itu pada saat yang tepat ketika hamba-Nya mau bersabar.[]
Oleh:
Indun Ayu Permadi,
SMKN 1 Sragen