Smarteen.co.id — Pada abad modern ini, penggunaan sidik jari sangat lazim dilakukan. Di beberapa sekolah, sidik jari digunakan sebagai sarana presensi—dengan menempelkannya pada alat fingerprint. Bahkan, keamanan smartphone pun sudah banyak yang menggunakan sidik jari.
Mengapa demikian? Sebab sidik jari setiap manusia berbeda-beda. Termasuk bagi mereka yang terlahir kembar identik, pasti memiliki pola sidik jari yang khas, unik, dan berbeda satu sama lain.
Bentuk Sidik Jari
Jika kita perhatikan ujung jemari tangan, di sana kita akan melihat tiga jenis garis, yaitu garis melengkung, melingkar, dan meliuk-liuk atau garis kompleks karena terdiri dari beragam bentuk.
Dari garis-garis tersebut akan terbentuk suatu pola yang unik dan khusus di setiap jari manusia, mencerminkan identitas diri masing-masing orang.
Bentuk sidik jari dikelompokan menjadi tiga kategori, yakni whorls, arch, dan loop. Semua orang memiliki pola guratan sidik jari berdasarkan tiga kelompok tersebut.
Whorls lazimnya berbentuk spiral atau memutar. Pola ini dapat dilihat dengan jelas sebab bentuknya yang menonjol dan kontras.
Sementara arch memiliki bentuk pola agak datar. Arch juga mempunyai bentuk pola garis-garis yang umumnya agak menonjol (bergelombang ke atas).
Sedangkan pola loop, memiliki bentuk yang hampir mirip spiral, tetapi tidak melingkar secara utuh.
Penemuan Sidik Jari
Keunikan sidik jari baru ditemukan di akhir abad ke-19 M. Pertama kali yang memperkenalkan sidik jari adalah Johann Christoph Andreas Mayer (1747-1801) pada 1788, seorang ahli anatomi Jerman. Pernyataan ini diteruskan oleh Sir William James Herschel pada 1858. Namun, keduanya hanya membahas keunikan sidik jari, dan tidak mengkaji sidik jari sebagai identitas.
Kajian bahwa sidik jari bisa dijadikan untuk mengidentifikasi seseorang dilakukan Sir Francis Golt pada 1880. Menurutnya, setiap sidik jari manusia berbeda dan tidak ada yang sama. Setelah kajiannya, teknologi di dunia mengalami perkembangan termasuk teknologi untuk mengkaji sidik jari.
Sekitar tahun 1960-an muncullah berbagai alat teknologi sidik jari dengan sistem analisis elektronik. Alat ini digunakan pertama kali oleh Federal Bureau Investigation (FBI) di Amerika Serikat. FBI menggunakannya untuk proses identifikasi kasus-kasus yang mereka kerjakan. Dengan alat ini FBI mudah menemukan data diri seseorang, bahkan bisa untuk menemukan pelaku kejahatan.
BACA JUGA: Inilah Alasan Kenapa Kita Harus Tidur Nyenyak, Salah Satunya Bisa Cerdaskan Otak
Setelah itu, sidik jari tidak saja digunakan sebagai alat untuk mengungkap kriminalitas, tapi juga mulai memasuki ranah yang lain, seperti untuk mesin presensi, teknologi akses kontrol pintu, finger print data secure, aplikasi retail, sistem payment, dan masih banyak lagi. Seiring dengan itu, muncullah disiplin ilmu yang mempelajari sidik jari, yaitu Daktiloskopi.
Sifat dan Karakteristik Sidik Jari
Ada beberapa sifat dan karakteristik dari sidik jari. Pertama, parennial nature, yaitu adanya guratan-guratan di sidik jari yang melekat pada manusia yang bersifat seumur hidup. Karena itu, pola sidik jari relatif mudah diklasifikasi.
Kedua, immutability, yang berarti sidik jari seseorang tak akan pernah berubah (permanen). Sejak lahir, dewasa, hingga akhir hayat, pola sidik jari seseorang bersifat tetap, kecuali terjadi suatu kecelakaan yang serius sehingga mengubah pola sidik jari yang ada.
Ketiga, individuality, yang berarti keunikan sidik jari merupakan orisinalitas pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapa pun di muka bumi ini, sekalipun pada seorang yang kembar identik. Dengan kata lain, sidik jari bersifat spesifik untuk setiap orang.
Kemungkinan pola sidik jari sama adalah 1:64.000.000.000, jadi tentunya hampir mustahil ditemukan pola sidik jari sama antara dua orang. Pola sidik jari di setiap tangan seseorang juga akan berbeda-beda. Pola sidik jari di ibu jari akan berbeda dengan pola sidik jari di telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking.
Masya Allah, inilah salah satu bukti kekuasaan Allah. Dia telah telah menciptakan sidik jari dengan begitu sempurna, detail, dan penuh ketelitian. Tidak ada satu pun sidik jari yang sama dengan sidik jari lainnya, dan tiada seorang manusia pun yang dapat membuat tiruannya. Masing-masing telah memiliki pola yang khas. Maka, apakah kita masih enggan beriman kepada-Nya?
Sidik Jari dalam Al-Qur’an
Jauh sebelum penggunaan sidik jari ini dilakukan, Al-Qur’an yang turun pada abad ke-7 M lebih dulu menjelaskan bahwa sidik jari merupakan bagian penting sebagai tanda pengenal seseorang. Hal ini tertuang dalam dalam Surah Al-Qiyamah ayat 3-4, “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.”
BACA JUGA: Mungkinkah Ada Jagat Raya Lain (Dunia Paralel) dalam Kehidupan?
Ayat ini menyebutkan begitu mudahnya bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya. Pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus pun ditekankan dalam ayat ini.
Ayat ini sekaligus menjadi bukti kebenaran Al-Qur’an mencakup ilmu pengetahuan sepanjang masa. Al-Qur’an adalah bukti tertulis otentik yang bisa dijadikan sebagai rujukan ilmiah dalam mengupas masalah teknologi di zaman sekarang. Wallahua’lam bishawab. []