Smarteen.co.id — Burj Khalifa, sebuah gedung pencakar langit yang berdiri megah di Dubai, Uni Emirat Arab, sampai hari ini masih diakui sebagai gedung tertinggi di dunia. Bangunan yang diresmikan pada 4 Januari 2010 tersebut memiliki tinggi 828 meter.
Gedung-gedung dengan tinggi menakjubkan lainnya pun saat ini dapat dijumpai di berbagai belahan dunia. Di Cina misalnya, ada Shanghai Tower setinggi 632 meter. Di Arab Saudi, ada Makkah Royal Clock Tower yang memiliki ketinggian 601 meter.
Ada juga Ping An Finance Centre di Tiongkok (599 meter), Lotte World Tower di Korea Selatan (555 meter), One World Trade Center (1 WTC) di Amerika Serikat (541 meter), dan lainnya.
Semua bangunan ini dapat berdiri dengan begitu kukuh, tak lepas dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan—khususnya dalam bidang konstruksi dan arsitektur. Jika cakupannya dipersempit, ada seorang ilmuwan yang memiliki jasa besar terhadap hal ini. Dia adalah seorang muslim asal Bangladesh, Fazlur Rahman Khan.
Inovator Arsitektur dan Konstruksi Bangunan Pencakar Langit Modern
Fazlur adalah ilmuwan yang membuat inovasi arsitektur dan konstruksi bangunan pencakar langit di era modern. Ia memperkenalkan sebuah struktur rangka baja pada bangunan modern.
Teknik bangunan rangka baja vertikal dan horizontal yang dibangun dalam kontak persegi panjang untuk menopang lantai, atap, dan dinding bangunan, semuanya menempel pada satu frame. Perkembangan inovasi ini membuat gedung pencakar langit menjadi mungkin dibangun jauh lebih tinggi dari sebelumnya.
Fazlur memperkenalkan teknik yang dinamai Tube Structural System ini saat ia bekerja di perusahaan arsitektur Skidmore, Owings & Merrill (SOM), di Chicago, Amerika Serikat pada 1963.
Sebelum itu, Singer Building di New York pernah dinobatkan sebagai gedung tertinggi di dunia pada awal abad 20. Tinggi bangunan itu ‘hanya’ 187 meter—jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan gedung-gedung pencakar langit yang ada saat ini.
BACA JUGA: Dr. Yogi Ahmad Erlangga, Muslim Indonesia Jenius Pemecah Rumus Helmholtz
Fazlur mungkin tidak turun tangan secara langsung dalam pembangunan gedung-gedung supertinggi yang ada sekarang. Namun, berkat teknik Tube Structural System yang diprakarsainyalah gedung-gedung tinggi di era modern tersebut dapat berdiri dengan baik.
Secara sederhana, bentuk bangunan yang menggunakan sistem ini memiliki rongga pada bagian tengah bangunan. Teknik ini tidak hanya membuat bangunan lebih kuat dan efisien, tapi juga secara signifikan mengurangi material bangunan.
Dikutip dari tirto.id, teknik ini pertama kali dicoba untuk membangun apartemen Dewitt Chestnut di Chicago pada 1963. Tinggi apartemen ini adalah 120 meter dengan 43 lantai.
Pada 1965, Fazlur dipercaya menjadi arsitek menara John Hancock di Chicago dengan ketinggian 344 meter. Selanjutnya, pada 1973, Tube Structural System juga digunakan untuk membangun World Trade Center (WTC) di New York dan Menara Sears di Chicago.
Dijuluki Bapak Desain Tubular
Fazlur lahir di Dhaka, Bangladesh, 3 April 1929. Ia memulai pendidikannya di Bangladesh University of Engineering & Technology. Pada 1952, ia pindah ke Amerika Serikat setelah menerima beasiswa Fullbright.
Dalam tiga tahun, ia mendapat tiga gelar dari University of Illinois yakni master structural engineering, master di bidang theoretical applied mechanics, dan Ph.D. di bidang structural engineering.
Kiprahnya sebagai arsitek hebat membuatnya mendapat julukan The Father of Tubular Designs—Bapak Desain Tubular (konstruksi berbentuk tabung) untuk bangunan tinggi.
Hal ini membuat pemerintah Arab Saudi pun meliriknya untuk mengerjakan sejumlah megaproyek. Ia dipercaya dalam pembangunan terminal haji Bandara Internasional King Abdul Aziz.
Bangunan itu mendapat sejumlah penghargaan, salah satunya Aga Khan Award for Architecture, yang menggambarkan kontribusi memukau arsitektur untuk umat Islam. [Ibnu Majah/Dari Berbagai Sumber]