Smarteen.co.id — Berangkat sekolah, aku diantar ayah. Jika perlengkapan sekolah atau uang jajan tertinggal, ayah akan mengantarkannya ke sekolah. Pulang sekolah, aku dijemput ayah. Ayah akan menungguku berjam-jam jika aku belum keluar dari gerbang sekolah.
Kalau sekolah pulang lebih cepat, dan aku sudah keluar sebelum ayah menjemput, ia akan mencari ke mana pun aku berada, baik di dalam sekolah atau di sepanjang jalan dari sekolah ke rumah.
Ketika aku ingin bermain ke rumah teman, ayah selalu siap mengantarkan. Bahkan dulu ketika aku masih kecil, aku merengek minta dibelikan mainan, ayah dengan sabar dan ikhlas mengantarkanku ke toko mainan, walaupun jauh.
Begitulah ayah. Selalu ada untukku dan senantiasa mengajariku sesuatu yang baru. Saat aku tidak bisa menjawab PR dari sekolah, ayah selalu tahu jawabannya. Ya, ayahku memang pintar, walau pekerjannya hanya sebagai pedagang sembako. Alhamdulillah kondisi ekonomi kami tercukupi.
***
Dua tahun yang lalu, ayah meninggalkanku. Ia pergi untuk selamanya ke pangkuan Ilahi. Kini, aku tinggal bersama ibu dan adikku yang berumur 7 tahun. Semuanya berubah. Sekarang, ibuku yang banting tulang mengelola warung sembako, pelanggannya pun berkurang.
Untungnya, masih ada orang yang ikhlas memberi santunan kepadaku dan keluarga, sehingga biaya untuk makan dan sekolah masih bisa terpenuhi.
BACA JUGA: PENGALAMAN HIDUP: Jangan Takut Memulai, karena Kita Semua adalah First Timer
Kini tak ada lagi sosok yang senantiasa bisa menjawab segala pertanyaanku ketika ada PR, tak ada lagi yang mengantar-jemputku ke sekolah. Aku harus berjuang sendiri.
Bukan hal yang mudah untuk berjuang tanpa sosok ayah. Apalagi bagi diriku yang merupakan anak perempuan, ayah adalah sosok pahlawan, pelindung, dan tempat bersandar.
***
Waktu terus berjalan. Apakah aku akan senantiasa terpuruk tanpa sosok Ayah? Aku tahu, di luar sana banyak anak yang bernasib sama sepertiku. Berjuang dan bangkit adalah pilihan yang tepat. Selalu memikirkan kesedihan hanya akan membuat lemah.
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Aku diberikan ujian hidup seperti ini, bisa jadi agar aku lebih peduli terhadap anak yatim dan orang miskin. Agar aku bisa memiliki mental yang lebih kuat dan tangguh untuk menghadapi segala kesulitan dan tantangan dalam hidup.
Mahfudzat Arab mengatakan, yang artinya, “Tidak ada kenikmatan, kecuali setelah kepayahan.”
Kini aku mempunyai motto, “Di mana ada kesempatan, di situlah diriku ada.” Berbagai kegiatan komunitas aku ikuti. Berbagai ilmu aku pelajari, baik ilmu agama dan motivasi, bisnis dan ekonomi, bahasa dan sastra, sains, dan lain-lain. Kupelajari demi mengembangkan kemampuan dan daya pikirku, agar aku bisa bermanfaat di masyarakat.
Aku berusaha mengembangkan bisnis dengan berjualan buku di Instagram @ikabooks_19. Aku bisa berada di sini pun, menceritakan kisah ini, setelah aku melewati berbagai macam usaha dan doa. Tekadku tidak mudah menyerah.
Ketika ada informasi mengenai seleksi Teen Journalist di akun Instagram @majalahsmarteen, aku langsung mengambil kesempatan tersebut. Aku meliput kegiatan di sekolah dan membuat naskah hasil liputan untuk dikirim sebagai salah satu syarat seleksi.
BACA JUGA: Saat Merasa Tidak Nyaman dengan Keluarga Sendiri, Ini yang Harus Dilakukan!
Bahkan, karena tekad yang begitu kuat agar bisa lolos seleksi, aku meminta bantuan guru untuk mengoreksi naskahku. Aku juga melihat contoh naskah liputan di koran. Alhamdulillah aku bisa lolos seleksi, dan saat ini tengah menjadi salah satu Teen Journalist.
Pesanku untuk Sobat semua, “Jangan mudah menyerah karena sebuah masalah. Jika ada kesempatan menuju sukses, maka ambil dan jangan disia-siakan. Jika tekad kita kuat, maka akan terbuka jalan menuju kesuksesan.”
Aku yakin, walau diberikan ujian atau beban kehidupan yang sulit dan berat, aku akan tetap bisa meraih kesuksesan. Semangat, tekad, doa, dan usaha, adalah kuncinya. [Majalah Smarteen Edisi Desember 2019]
TEEN JOURNALIST
Ika Amalia
MAN 2 Kota Tangerang