Oleh:
Ustaz Amin Rois, Lc.
Alumni Jurusan Tafsir dan Ulumul Qur’an, Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Smarteen.co.id — Allah adalah Mahacinta. Dia bagikan secuil kasih sayang-Nya pada manusia, dan akhirnya bisa saling berbagi cinta terhadap sesama. Maka wajar bila dimensi emosional manusia yang paling prinsipil adalah cinta. Karenanya banyak karya sastra best seller berbicara tentangnya.
Di dunia Barat kita mengenal novel klasik Romeo Juliet, di dunia Timur kita mengenal Laila Majnun, dan di Indonesia kita mengenal Fahri dalam Ayat–Ayat Cinta.
Cinta membutuhkan objek untuk dicintai; keluarga, lawan jenis, harta, karier, atau hobi. Hati yang baik mengekspresikan cinta terhadap kebaikan, maka dia pun merawat yang dicintainya. Sebaliknya, hati yang buruk mengekspresikan cinta terhadap keburukan, dan saat itulah dimensi cinta bermetamorfosis menjadi hawa nafsu.
Islam mengakui keberadaan fitrah suci nan luhur manusia. Hanya, agar cinta kita tidak diganggu dan dirusak jin, setan, dan sekutunya, kita perlu ‘manual book’ atau petunjuk agama tentang apa dan siapa yang harus kita cintai? Bagaimana caranya? Dan seberapa kadar cinta yang harus kita beri?
BACA JUGA: Kita adalah Kumpulan Hari-Hari
Dalam Surah at-Taubah ayat 24, Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
Hubungan cinta dan agama tidak selalu boleh dan tidak boleh, ayat di atas tidak lantas dipahami sebagai larangan mencintai keluarga, harta, rumah, dan perdagangan. Hanya, jadikanlah semua objek yang disebutkan di atas menjadi sarana mencintai Allah dan Rasulullah Saw.
Allahuma inni as’aluka hubbak, wa hubba man yuhibbuk, wa hubba amalin yuqarribuni ila hubbik – Ya Allah, aku meminta kepada-Mu akan cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan cinta terhadap amalan yang mendekatkanku kepada cinta-Mu. []