Smarteen.co.id — Sobat, siapa yang masih ingat dengan pelajaran IPA waktu di bangku sekolah dasar tentang siklus air? Di sekolah, kita dijelaskan tentang terbentuknya awan dan hujan, bahwa air yang ada di bumi menguap ke langit kemudian menjadi awan, dari awan menjadi mendung, lalu hujan turun ke bumi, airnya mengalir ke sungai, ke laut, dan sebagian diserap dan disimpan oleh tanah, begitu seterusnya.
Jika kita mau mentadaburi Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan banyak hal terkait siklus hujan ini dengan luar biasa detail di beberapa ayat.
Seperti yang kita pelajari dalam pelajaran IPA dahulu, Al-Qur’an telah menjelaskan siklus tersebut di dalam Surah Ar-Rum ayat 48.
“Allahlah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.”
Di ayat yang lain ada juga penjelasan tentang bagaimana hujan terbentuk, termasuk hujan es juga disebutkan di ayat ini.
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (Q.S. An-Nur: 43)
Kedua ayat ini menggambarkan tahapan-tahapan pembentukan awan yang menghasilkan hujan, suatu proses yang merupakan salah satu tahap dalam siklus air. Dengan mencermati dua ayat di atas, kita akan mendapatkan dua buah fenomena sekaligus, yaitu penyebaran awan dan penyatuan awan.
Terbentuknya Awan dan Hujan
Dua proses yang berlawanan ini terjadi sehingga awan hujan dapat terbentuk. Dua proses yang disebutkan dalam Al-Qur’an ini baru ditemukan oleh ilmu meteorologi modern sekitar 200 tahun yang lalu.
Ada dua tipe awan yang dapat menghasilkan hujan. Keduanya diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu stratus (tipe berlapis) dan cumulus (tipe menumpuk). Surah Ar-Rum ayat 48 di atas secara jelas memberikan informasi tentang awan berlapis itu.
Tipe awan seperti ini hanya akan terbentuk jika angin bertiup secara bertahap dan perlahan mendorong awan ke atas. Lalu awan tersebut akan berbentuk seperti lapisan-lapisan yang melebar, inilah maksud kalimat “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit.”
Adapun tipe awan berikutnya adalah tipe awan bertumpuk. Awan ini berdasarkan bentuknya terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu cumulus, cumulonimbus, dan stratosumulus. Awan tipe ini mudah dikenali, yaitu terlihat dari bentuknya yang saling bertumpuk dan bergumpal.
Tidak seperti awan cumulus, cumulonimbus yang bergumpal padat, awan stratosumulus bersifat melebar dan bergumpal tipis. Hal ini sebagaimana yang tersebut dalam Surah An-Nur ayat 43 di atas.
Awan tipe ini dibentuk oleh angin keras yang mengarah ke atas dan ke bawah mendorong awan dengan kuat. Gumpalan-gumpalan awan yang terbentuk akan saling menyatu, saling bertumpuk dan menjadi gumpalan awan raksasa. Pada fase inilah awan cumulus dan cumulonimbus dapat menghasilkan hujan.
Kalimat berikutnya dari ayat ini agaknya secara khusus menggambarkan terjadinya cumulonimbus awan yang biasa dikenal sebagai awan badai. Dilihat dari bawah, tumpukan gumpalan awan yang menjulang ke atas ini tampak serupa dengan gunung.
Akibat posisinya yang sangat tinggi, butir-butir air yang terbentuk akan berubah menjadi butiran es (lihat teks ayat di atas). Awan cumulonimbus juga menghasilkan ciptaan Allah yang sangat mengagumkan, yaitu petir atau halilintar. []