Smarteen – Lebaran dan saling memaafkan adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dalam tradisi masyarakat Indonesia. Setiap kali Idulfitri, kita semua berbondong-bondong menghampiri satu sama lain, kemudian saling meminta dan memberi maaf. Suasana seperti inilah yang tentu selalu kita rindukan di hari yang suci tersebut.
Nah, ngomongin soal memaafkan, ternyata hal ini tidak hanya bermanfaat bagi orang lain yang mendapatkannya. Kita pun yang memberikan maaf, bisa mendapat berbagai keuntungan. Salah satunya, hati menjadi lebih lega dan tenang.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di salah satu sekolah di Kota Salatiga, Wakhidati Maimunah, S.Psi. Menurutnya, salah satu manfaat memaafkan orang lain adalah mengurangi beban di hati sendiri. “Memaafkan membuat hati bisa lebih lega, tidak terbebani dengan perasaan negatif,” ujarnya kepada HadilaTeen, Sabtu (2/3/2024).
Dirinya menambahkan, ketika seseorang tidak bisa memaafkan orang lain, dan justru menyimpannya sebagai dendam, maka hal tersebut dapat membuat hati semakin terbebani. “Kita akan merasa tidak tenang dan sering kepikiran. Bahkan, hal tersebut bisa memengaruhi kehidupan pribadi,” lanjut Wakhidati.
Hal ini sangat make sense. Coba Sobat renungkan, ketika kamu punya masalah dengan orang lain, lalu enggan memaafkan, hatimu pasti akan merasa tidak tenang. Entah akan selalu memikirkan persoalan tersebut, merasa benci kepada orang lain, serta yang lainnya.
Banyak yang bilang kalau membenci itu juga membutuhkan energi, sama seperti saat kita mencintai. Artinya, kita akan rugi jika sama-sama mengeluarkan energi, tetapi untuk hal yang tidak berarti. Akan jauh lebih baik jika energi yang kita miliki digunakan untuk hal-hal bermanfaat yang dapat meningkatkan kapasitas diri. Benar, nggak?
Cara Saling Memaafkan
Lalu, gimana ya cara terbaik untuk meminta dan memaafkan orang lain? Meski terkesan sepele, hal tersebut memang bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Apalagi di kalangan remaja seperti Sobat yang banyak sekali aktivitas interaksi dengan berbagai pihak. Entah karena sengaja atau tidak, tak jarang kita berkonflik dengan orang lain, dan rasanya sulit meminta atau memberi maaf. Gengsi dan malu menjadi beberapa penyebabnya.
Terkait hal ini, Wakhidati menyarankan agar kita bisa menyadari bahwa setiap orang tidak bisa lepas dari kesalahan. “Ingat, diri kita sendiri pun pasti pernah melakukan kesalahan, entah sengaja atau tidak. Jadi, kalau tidak berani meminta maaf secara langsung, bisa diawali dengan meminta maaf lewat pesan. Selanjutnya, ulangi ketika ketika ada kesempatan untuk bertemu secara langsung,” jelasnya.
Di samping itu, jika saran tersebut belum bisa menyelesaikan persoalan, Wakhidati memberikan ide lain dengan mencari mediator (pihak ketiga) untuk menjembatani iktikad minta maaf tersebut.
Memaafkan Tidak Bisa Instan
Bagi beberapa orang, persoalan yang terjadi bisa langsung selesai ketika sudah sama-sama saling memaafkan. Namun, beberapa lainnya tidak menganggap demikian. Barangkali Sobat pun pernah mengalami situasi ini; kita sering merasa tidak nyaman, segan, awkward, dan sebagainya ketika kembali berhubungan dengan orang lain yang pernah berkonflik dengan kita. Walau tidak semua, tetapi banyak yang demikian.
Bagi Wakhidati, perasaan tidak nyaman ini adalah hal yang wajar, mengingat rasa sakit yang pernah ditorehkan seseorang memang tak mudah untuk dihapuskan, sekalipun sudah saling memaafkan.
“Memang adakalanya seseorang bisa memaafkan perbuatan orang lain, tapi masih belum bisa melupakan perasaan sakit yang ditorehkan. Ada satu pemikiran di benak kita bahwa orang tersebut mungkin akan mengulangi perbuatannya,” terang Wakhidati.
Meski begitu, hal tersebut bisa diatasi dengan beberapa upaya. Salah satunya dengan meningkatkan komunikasi dan saling introspeksi diri bahwa kesalahan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. “Kita bisa berbuat salah, orang lain juga bisa berbuat salah,” tegas Wakhidati. Melalui cara-cara ini, insyaallah kita bisa mengembalikan semuanya kembali seperti semula, cepat atau lambat.
Namun demikian, layaknya gelas yang sudah pecah berkeping-keping, ia tak akan bisa kembali utuh secara sempurna meskipun sudah coba diperbaiki dengan beragam cara. Perasaan pun demikian, ketika telanjur tersakiti koyak, cenderung sulit untuk dirajut kembali.
Jadi, mari menjadi pribadi lebih baik dengan meminimalisir perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Selamat Idulfitri, mari memaafkan dan perkuat jalinan persaudaraan! <Ibnu Majah>