“Ibarat teko, hanya mengeluarkan isi yang ada. Begitu pula dengan lisan kita. Menggerakan lisan memang tidak perlu menghabiskan tenaga yang besar, tidak butuh biaya yang mahal, tetapi bencana bisa datang kepada kita karena kata yang terucap oleh lisan,” ungkap Aa Gym dalam materi yang diposting pada daaruttauhiid.org (6/12/2015).
Smarteen.co.id — Sebagai remaja muslim yang smart dan sholih, hendaknya kita senantiasa memperhatikan apa yang kita ucapkan. Baik itu secara lisan maupun tulisan di media sosial seperti facebook, instagram, twitter, dan sebagainya. Setidaknya ada tiga akhlak bermedia sosial yang sering dilupakan.
Gunakan Media Sosial untuk Hal Bermanfaat
Pertama, gunakan media sosial untuk hal yang bermanfaat. Media sosial saat ini tak ubahnya seperti senjata tajam. Ia dapat digunakan untuk agenda kebaikan, dapat pula diarahkan untuk menusuk dan membinasakan nyawa orang.
Memang pada saat update status tidak ada darah yang tertumpah seperti halnya menusuk pedang ke perut orang. Namun coba perhatikan, tidak jarang status ujaran kebencian yang mengundang provokasi, konflik, bahkan bertumpahan darah.
BACA JUGA: Saat Harus Menjaga Hati Sekaligus Bergaul Secara Luas
Gunakan Bahasa yang Sopan dan Tidak Provokatif
Kedua, gunakan bahasa yang sopan dan tidak provokatif. Sahabat Abu Musa al-‘Asy’ari pernah bertanya kepada Rasul: Wahai Rasul siapakah muslim terbaik? Rasul menjawab, “Muslim yang mampu menjaga orang lain dari ucapan dan perbuatannnya.” [H.R. Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah disebutkan, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik).” [H.R. Bukhari dan Muslim]
Kedua hadis ini menunjukan betapa pentingnya menjaga lisan bagi Rasulullah. Bahkan standar kebaikan, keutamaan, dan kesempurnaan iman diukur berdasarkan sejauh mana dia mampu menjaga lisannya. Dalam konteks bermedia sosial, tentu kualitas iman dan Islam seorang muslim dapat dilihat dari bagaimana cara mereka menggunakan media: apakah untuk kebaikan atau keburukan, serta bagaimana bahasa yang mereka gunakan.
Jangan Menyebar Hoaks
Ketiga, jangan sebar hoaks. Bahasan hoaks sudah pernah kita bahas sama-sama di Smarteen edisi Remaja Anti-hoaks. Islam sudah mengajarkan untuk tabayun, untuk klarifikasi jika ada sebuah kabar. Karena ketika kita menerima berita yang belum tentu kebenarannya tetapi gampang-gampang untuk share, maka berhati-hatilah, bisa jadi timbul fitnah yang luar biasa ketika berita yang kita share itu bohong atau hoaks.
Ingatlah pada suatu hari di mana mulut kita dikunci, tetapi justru anggota badan yang lain bersaksi tentang apa yang sudah dilakukannya di dunia.
BACA JUGA: Saatnya Kita Pensiun Jadi Haters
“…Lalu dikuncilah mulutnya kemudian dikatakan kepada anggota-anggota badannya, bicaralah kamu! Lalu anggota-anggota badan itu menceritakan tentang amal perbuatannya. Kemudian ketika dia dibebaskan dan bisa bicara lagi, dia berkata, “Celakalah kalian, padahal untuk kalianlah aku membela dan membantah.” [H.R. Muslim]
Di antara para saksi yang dihadirkan pada hari Kiamat, bisa jadi kesaksian yang diberikan anggota tubuh sendirilah yang paling dramatis sekaligus menyakitkan. Semasa di dunia, anggota tubuh sepenuhnya taat pada majikannya. Ia dikendalikan sepenuhnya, untuk memegang, berjalan dan beraktivitas.
Hari itu, di luar kesadarannya masing-masing memberi kesaksian. Anggota tubuh justru malah membeberkan aib-aib dan kesalahan sendiri secara detil dan terang-terangan. []