Smarteen.co.id — Saat ini, remaja mana yang tidak menjadi netizen? Kalaupun ada, tentu jumlahnya amat sedikit. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa internet menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kalangan milenial.
Bersama Kak Fuad Bakhtiar, Pegiat Dakwah Media Sosial yang memiliki ratusan ribu followers di Instagram @fuadbakh, Smarteen mengulas beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan internet, khususnya media sosial (medsos), supaya kita tidak terkena dampak-dampak negatif yang ada di dalamnya. Simak uraian berikut.
Pengaruh medsos dalam kehidupan kan sekarang besar banget, jadi bagaimana sebaiknya remaja muslim menggunakan medsos?
Ya, kita sama-sama tahu medsos dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat saat ini, khususnya pemuda-pemudi. Kenapa sering diakses? Karena di dalamnya ada informasi, ada hiburan juga, kemudian bisa update status, kita bisa melihat tren-tren saat ini yang lagi hangat isunya.
Maka, secara tidak langsung itu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari kita. Apa yang kita akses, akan memengaruhi perilaku kita. Sehingga, semoga medsos menjadi ladang amal jariah, dakwah, jalan menuju ke arah yang lebih baik, inspirasi dan motivasi, bahkan menjadi pintu hidayah untuk netizen yang mencari kebaikan dan kebenaran.
Medsos memang sangat besar pengaruhnya, maka kita perlu ikut serta di dalamnya. Kini waktunya remaja muslim bukan hanya baperan, tetapi juga berperan. Ikut serta menyebarkan hal-hal baik di medsos.
Kalau terkait hoaks, bagaimana cara untuk menghindarinya selama bermedsos?
Hoaks ini bisa menjadi bumerang bagi diri kita, kalau kita mudah membagikan. Cara menghindarinya, jangan mudah untuk ikut mem-forward, ikut share, ikut repost segala macam informasi yang belum ada kepastiannya, sumbernya belum jelas.
Selanjutnya kita bisa memastikan lewat sumber-sumber informasi atau berita yang validitasnya itu sudah sama-sama kita ketahui. Akurasinya sudah diakui. Bisa kita cek di beberapa situs berita yang sudah terpercaya untuk memastikan itu berita fakta atau hanya hoaks.
BACA JUGA: Tiga Akhlak Bermedia Sosial yang Penting Banget, tapi Sering Dilupakan
Kemudian, kita mungkin juga punya orang-orang—bisa ustaz atau orang-orang di pemerintahan, yang bisa make sure untuk memastikan berita itu benar atau nggak.
Selain itu, jangan mudah kaget ketika mengakses berita yang viral. Jangan mudah terpancing, biasa saja. Kalau memang ini baik, kita sebar. Kalau buruk, jangan disebar.
Kak Fuad kan sering buat video dakwah kreatif di Instagram, nah itu dulu awal mulanya gimana, dan goals-nya nanti pengin seperti apa?
Awal mulanya itu sekitar tahun 2016, ketika sedang tren salah satu drama Korea. Dramanya booming dan banyak dibahas di medsos, khususnya oleh para perempuan—baik dari Indonesia, Malaysia, atau dari Korea Selatan sendiri, dan lain-lain.
Kemudian, ada tren Jones atau Jomblo Ngenes. Di mana para jomblo atau mereka yang masih single jadi bulan-bulanan mereka yang sudah berpacaran.
Setiap malam Minggu, banyak konten atau video di Instagram yang mendiskreditkan atau menyudutkan mereka yang masih jomblo.
Nah dari dua tren ini, drama Korea dan jomblo, saya berpikir ada kekeliruan dalam tren saat itu. Mereka yang sendiri atau mereka yang masih jomblo itu justru Allah jaga, kan? Tapi kenapa malah diejek-ejek?
Mereka masih sendiri, masih jomblo, berarti masih punya banyak waktu untuk beribadah, beramal saleh, mencari ilmu, mengkaji agama untuk bekal dunia dan akhirat, kenapa justru malah di-ngenes-ngenesin?
Kemudian drama Korea juga mencipatakan virus Korean wave (hallyu)—gelombang budaya Korea, di kalangan anak muda. Mereka mencari sosok idola, mencari panutan. Akhirnya, larinya ke mana? Tokoh pemain drama Korea, personel boyband, karena memang lagi ramai banget budaya Korea. Bahkan sampai saat ini juga masih.
Nah, dua tren inilah yang membuat saya memformulasikan drama Korea yang di-dubbing (diisi suara) dengan pesan-pesan yang baik, memotivasi, dan positif. Sekaligus meluruskan kekeliruan.
Beberapa cuplikan drama Korea yang booming waktu itu saya dubbing, dan Alhamdulillah diterima, banyak yang suka. Mereka yang jomblo merasa ada yang belain, kemudian mereka yang suka drama Korea juga merasa sedang menonton drama Korea versi ‘islami’.
Ya, meskipun tetap ada pro-kontra, karena pemain di dalamnya kan tetap non-muslim, tidak menutup aurat. Namun terlepas dari itu, ini menjadi pancingan untuk netizen agar ikut berkarya, menyempurnakan karya yang masih banyak kekurangannya itu.
BACA JUGA: The Miracle of Hijrah, Menguak Fenomena Hijrah yang Marak di Kalangan Pemuda
Kalau ditanya goals-nya nanti pengin seperti apa, goals-nya adalah kita sama-sama mengedukasi netizen dengan cara yang menarik. Soalnya kan medsos diakses oleh berbagai usia.
Kalau bukan kita yang mengisi bagian-bagian di sana, maka bagian-bagian itu akan diisi oleh orang-orang yang menggelincirkan, menyesatkan, atau menjadikan kekeliruan untuk pengguna medsos.
Maka, hal-hal semacam ini perlu kita lawan dengan postingan-postingan yang positif, yang baik, yang sesuai dengan Alquran dan sunah. [Ibnu Majah]