Smarteen.co.id — Smarteen baru-baru ini berbincang dengan beberapa remaja SMA yang mengaku pernah pacaran. Beberapa menyatakan bahwa mereka menjalin hubungan tersebut untuk meningkatkan motivasi diri. Menurut mereka, pacaran bisa membuat seseorang jadi lebih termotivasi untuk semangat belajar.
Nyatanya, berdasar artikel hasil penelitian seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan judul Pengaruh Pacaran Terhadap Motivasi Belajar Remaja yang diunggah di sebuah website, pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang kurang baik bagi proses perkembangan remaja, karena mereka belum siap baik dalam segi usia maupun psikologi.
Namun, untuk mengenal satu sama lain dengan batasan norma agama dan sosial yang berlaku, terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri, dirasa mungkin dengan catatan perlu adanya peran orang tua dan guru agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku yang dilarang.
BACA JUGA: Cara Menolak Ajakan Pacaran Tanpa Menyinggung Perasaan
Sangat jelas, kan, Sobat? Pacaran sama sekali tidak meningkatkan semangat belajar seorang remaja. Kalaupun seorang remaja mengalami peningkatan semangat belajar setelah menjalin hubungan dengan seseorang, itu bukan hubungan pacaran. Melainkan pertemanan biasa yang didampingi oleh peran orang tua atau guru. Selama itu positif, dan tidak bertentangan dengan norma agama dan sosial, berteman dengan siapa saja memang tak dilarang.
Mari Hijrah
Buat Sobat yang saat ini mungkin masih menjalin hubungan ‘yang lebih dari sekadar teman’ dengan seseorang, ada baiknya untuk berpikir ulang. Jangan biarkan dirimu berlarut-larut dalam ‘asmara terlarang’ tersebut. Kak Nunung Fathur, salah satu penggagas akun dakwah @tausiyahku_ yang kini telah memiliki lebih dari 2,1 juta followers di Instagram, punya beberapa tips buat Sobat yang ingin berhijrah, meninggalkan hal-hal tak berfaedah yang hanya menimbulkan masalah.
“Jika pengin mengakhiri hubungan yang tak benar, dan silaturahmi antara kedua belah pihak tetap terjaga, maka diperlukan beberapa hal,” paparnya.
Pertama, terang Kak Nunung, kita harus memohon perlindungan dan ampunan kepada Allah atas kesalahan dan ketidaktahuan. Selanjutnya, kita perlu memahami tujuan hidup yang sesungguhnya dan mulai kembali menjaga dan memperbaiki diri. Kemudian, masing-masing saling memantaskan diri untuk menjadi pribadi yang baik.
“Kalau sudah begitu, silaturahmi insya Allah tetap akan terjalin baik dengan batasan syariat,” jelasnya.
Di sisi lain, pemerhati remaja asal Semarang, Wakhidati Maimunah, S.Psi., cukup setuju dengan pernyataan Kak Nunung. Menurutnya, remaja adalah sosok yang belum bisa menentukan keputusan baik atau buruk. Sehingga peran orang tua menjadi sangat penting.
BACA JUGA: Masa Remaja, Masa Indah yang Dapat Mengantar kepada Bahagia atau Nestapa
“Di sini orang tua berperan mengarahkan anak remaja mereka untuk berjalan di jalan yang baik dengan cara cerdas. Mereka tidak boleh membuat aturan yang terlalu mengekang ataupun terlalu kendor, sebab remaja biasanya tidak ingin terkekang,” jelasnya.
Jadi, jika orang tua Sobat begitu peduli dengan kamu, yakinlah bahwa itu demi kebaikanmu. Sobat memang sudah bukan anak-anak lagi, tetapi hal itu tidak serta merta membuat Sobat bisa lepas begitu saja dari peran orang tua atau keluarga lainnya. Orang tua dan keluarga adalah tempat untuk berbagi atas kegalauan apa pun yang kalian hadapi. ‘Mendigitalisasi hati’ memang bukan hal mudah. Menjaga sekaligus membuka hati seluas-luasnya adalah perkara yang perlu kamu lakukan bersama orang-orang terdekat, dan keluarga adalah solusinya. [Ibnu Majah/Dina Septiana]