Smarteen.co.id — Karena dianggap hampir membunuh baginda, Abu Nawas mendapat celaka. Ia dijebloskan ke dalam penjara. Padahal waktu itu Abu Nawas sedang bekerja di ladang, musim tanam kentang akan tiba. Ketika ditangkap prajurit kerajaan, ia sedang mencangkul. Tanpa alasan jelas, mereka menyeret Abu Nawas begitu saja. Abu Nawas tidak bisa berkutik, ia kini mendekam di penjara.
Beberapa hari lagi, kentang-kentang itu harus ditanam. Sedangkan istrinya tidak cukup kuat melakukan pencangkulan seorang diri. Abu Nawas juga tahu tetangga-tetangganya tidak akan bersedia membantu istrinya, karena mereka juga sibuk sendiri.
Tidak ada yang bisa dilakukan Abu Nawas di dalam penjara selain mencari jalan keluar. Seperti biasa, Abu Nawas tidak bisa tidur, sudah dua hari ia meringkuk di dalam penjara. Wajahnya murung.
Hari ketiga, Abu Nawas memanggil seorang pengawal. “Bisakah aku minta tolong kepadamu?” kata Abu Nawas. “Apa?” kata pengawal tanpa gairah.
“Aku minta pensil dan selembar kertas. Aku ingin menulis surat untuk istriku. Aku harus menyampaikan sebuah rahasia penting yang hanya istrikulah yang boleh mengetahuinya.”
Pengawal itu berpikir sejenak, kemudian meninggalkan Abu Nawas. Pengawal itu menghadap baginda raja untuk melapor. Mendengar laporan dari pengawal, baginda segera menyediakan apa yang diminta Abu Nawas.
Dalam hati baginda bergumam, mungkin kali ini ia bisa mengalahkan Abu Nawas setelah membaca surat yang berbunyi “Wahai istriku, janganlah engkau sekali-kali menggali ladang kita karena aku menyembunyikan harta karun dan senjata di situ. Tolong jangan ceritakan pada siapa pun.”
BACA JUGA:
Tentu saja, surat itu dibaca dulu oleh baginda. Ia pun memerintahkan pekerja istana untuk menggali ladang Abu Nawas. Dengan peralatan yang dibutuhkan, mereka berangkat dan langsung menggali ladang itu.
Istri Abu Nawas heran, mungkinkah suaminya minta tolong pada mereka? Pertanyaan itu tidak dijawab karena mereka kembali ke istana tanpa pamit. Mereka hanya menyerahkan surat Abu Nawas kepadanya.
Lima hari kemudian, Abu Nawas menerima surat dari istrinya. Surat itu berbunyi “Mungkin suratmu dibaca sebelum diserahkan kepadaku, karena beberapa pekerja istana datang ke sini dua hari yang lalu, mereka menggali seluruh ladang kita. Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?”
Rupanya istri Abu Nawas belum mengerti muslihat suaminya. Namun dengan bijaksana Abu Nawas membalas, “Sekarang engkau bisa menanam kentang di ladang tanpa harus menggali, wahai istriku.” []