Smarteen.co.id — Awalnya, saya dapat pesan di WhatsApp dari dia. Sebelumnya kami tidak saling mengenal, sebab kami beda kelas. Ya, sekadar tahu saja. Isi pesannya, pokoknya ngajak kenalan… Waktu itu, saya belum paham tentang hukum pacaran menurut Islam.
Lalu, anggapan itu saya tanggapi. Kan cuma mau kenalan, apa salahnya? Jadi, sejak itu kami sering bertukar pesan. Kalau di sekolah, tetap diam-diaman, nggak saling sapa. Namun di WhatsApp, komunikasi lancar. Hampir setiap hari kami chat-chat-an. Ngobrolin macam-macam. Lama-lama jadi nyaman, dan akhirnya dia ‘nembak’ saya…
Dua paragraf di atas adalah sebuah pengakuan dari siswi kelas XII sekolah menengah, sebut saja Dewi—bukan nama sebenarnya. Ceritanya tidak berhenti sampai di sini. Dewi kemudian membuat ‘komitmen’ untuk berpacaran dengan teman laki-lakinya.
Dia yang awalnya hanya intens berkomunikasi via gadget, mulai berani kontak fisik. Saat liburan, sering jalan-jalan bersama. Naik motor, berboncengan. Gandengan tangan pun menjadi hal biasa.
“Itu saat saya masih kelas X, dia kelas XI. Kami pacaran kayak remaja pada umumnya. Dulu saya mikirnya, kalau cuma pacaran, nggak sampai ngapa-ngapain, ya nggak masalah,” tutur Dewi.
Sampai suatu saat mereka mengalami suatu masalah. Intinya, ia bertengkar hebat dengan pacar. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Pacaran menurut Islam yang mereka yakini selama ini, ternyata tidak berjalan lancar. Semua karena memang dalam Islam tidak ada istilah pacar-pacaran.
Mulanya, Dewi merasa biasa saja. Namun beberapa hari pasca-putus, Dewi jadi sering kepikiran dengan sang mantan. Konsentrasinya terganggu, ia tak fokus belajar.
“Pokoknya pikiran saya kacau. Nilai-nilai saya turun, saya juga sering nggak masuk sekolah karena merasa nggak enak badan. Tapi saya nggak pernah cerita sama orang tua (soal masalah mantan pacar—red). Kalau sama teman, iya saya cerita ke beberapa teman yang dekat,” Dewi menyambung kisahnya.
Perjalanan Dewi tentu tidak berhenti sampai di sini. Namun intinya, apa yang ia lakukan—pacaran—sama sekali tidak memberi manfaat. Justru, berbagai problem muncul setelah hal yang katanya dilakukan ‘atas nama cinta’ itu berlangsung.
“Saya kembali bangkit setelah wali kelas dan guru BK berbicara dengan saya, memberi nasihat. Saya juga nggak tahu bagaimana guru-guru saya itu bisa sampai tahu masalah saya. Mungkin ada teman saya yang cerita, tetapi saya bersyukur, mereka bisa memahami saya. Saya kini bisa benar-benar melupakan mantan pacar saya itu,” ungkap Dewi.
Cinta adalah Fitrah, Lalu Mengapa Tidak Boleh Pacaran
Pengalaman Dewi, tentu menjadi pelajaran berharga bagi dirinya. Ia pernah ‘terjerumus’, dan beruntung Allah masih menyelamatkannya—kembali ke jalan yang memang seharusnya dijalani remaja.
Merasakan cinta kepada seseorang memang bukan hal yang salah. Berbagai sumber menyebut bahwa perasaan tersebut adalah wajar, sebab cinta adalah fitrah. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, hal itu adalah anugerah dari Yang Mahakuasa—termasuk rasa cinta pada lawan jenis.
Allah Swt berfirman, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk…” [Q.S. Ali Imran (3): 14]
Jika demikian, lantas, mengapa pacaran menurut Islam tidak diperbolehkan? Jawabannya sederhana, fitrah rasa cinta yang muncul dalam diri manusia berbeda dengan pacaran. Keduanya tidak boleh dicampur-adukkan.
Pacaran adalah Aktivitas yang Mendekati Zina
Menurut Ustaz Awan Abdullah, Sp.J (Spesialis Jodoh) dari Yogyakarta, anak muda yang mulai merasakan cinta, berarti normal. “Yang penting, cinta tersebut tidak diejawantahkan, perasaan tersebut tidak diaplikasikan dengan ungkapan, ketemuan, berduaan, dan sebagainya,” jelasnya.
Ya, pacaran adalah salah satu bentuk pengejawantahan rasa cinta pada seseorang. Sehingga tidak boleh untuk dilakukan, apalagi oleh remaja. Kelak, ada saatnya untuk menunjukkan rasa cinta kepada lawan jenis, dengan cara yang benar—sesuai syariat (akad). Inilah pacaran dalam Islam yang tepat.
Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Israa’ ayat 32, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”
Sobat, untuk mendekati zina saja kita dilarang, apalagi sampai melakukannya. Jika diperhatikan lebih detail, pacaran adalah aktivitas yang mendekati zina. Kamu tahu kan apa saja yang biasa dilakukan seseorang ketika berpacaran?
Tentu tak jauh-jauh dari aktivitas bermesraan, berduaan, saling pegangan tangan, berpelukan, dan sebagainya. Hal ini, sangat mungkin akan berakhir pada perbuatan zina.
Hukum Pacaran Menurut Islam; Tak Ada Pacaran Islami
Di sisi lain, ada pula remaja yang mencoba berkilah untuk membenarkan pacaran dengan dalih pacaran secara islami atau pacaran menurut Islam. Hal ini sejatinya hanya tipu daya setan.
Dalam buku ‘Pacaran yang Islami, Adakah?’ karya Abu Al-Ghifari disebutkan bahwa pacaran adalah tren yang datang dari Barat—khususnya dari kalangan kaum Yahudi dan Nasrani. Sebab itu, mustahil ada pacaran islami, seperti halnya mustahil ada judi islami, khalwat islami, dan lainnya.
BACA JUGA: Cara Menolak Ajakan Pacaran Tanpa Menyinggung Perasaan
“Yang haram tetap haram dan tidak bisa berubah hukum sekalipun dikaitkan dengan simbol Islam. Tidak bisa dikatakan pacaran islami hanya karena saat mau pegangan tangan baca basmalah, selesai ciuman mengucap istigfar. Ini justru perilaku yang melecehkan Islam,” tulisnya.
Tips Mengelola Perasaan Agar Tidak Sampai Pacaran
Lantas, bagaimana cara mengelola ‘rasa’ yang tiba-tiba muncul saat berinteraksi dengan ‘si dia’? Menurut Wakhidati Maimunah, S.Psi., mengelola perasaan bukan perkara mudah, apalagi di zaman sekarang, saat dunia remaja sudah lekat dengan aktivitas pacaran.
Namun, bukan berarti perasaan remaja tidak bisa dikelola. Guru Bimbingan dan Konseling di Sragen tersebut menyarankan kepada remaja yang mulai jatuh cinta dengan teman lawan jenisnya untuk segera meminimalisir interaksi dengan si dia.
“Tidak perlu menghindari, tetap bisa berteman seperti biasa. Namun, interaksi dengan si dia sebisa mungkin dikurangi, agar tidak semakin terbawa perasaan,” ujarnya.
Selanjutnya, imbuh Wakhidati, kalau ada urusan yang memang harus melibatkan kamu dengan dia, usahakan untuk mengajak teman lain. Jangan biarkan dirimu hanya berdua saja. “Kalau kita ada urusan berdua saja dengan orang yang sedang disukai, godaan akan semakin besar. Jadi, bisa diantisipasi dengan mengajak teman lain.”
BACA JUGA: Cara Mengontrol Rasa Suka Pada Lawan Jenis
Di sisi lain, Wakhidati melanjutkan, peran orang tua juga sangat penting. Sehingga, jika Sobat mulai jatuh cinta, sampai melakukan berbagai cara seperti meyakini bahwa pacaran menurut Islam memang boleh, jangan sungkan untuk bercerita pada orang tua.
Orang tua yang baik pasti akan membantu memberi solusi atas segala suatu yang mungkin akan menyebabkan masalah. “Ketika anak bercerita, orang tua akan paham apa kemauan sang anak. Selanjutnya orang tua pun paham ke mana arah tindakan yang harus dilakukan,” tegasnya. []