Smarteen.co.id — Belakangan, apakah Sobat pernah mendengar—atau membaca berita-berita soal kian minimnya minat pemuda untuk terjun dalam dunia pertanian? Dilansir tirto.id, hingga April 2018, jumlah petani yang berusia di bawah 35 tahun tak lebih dari 12 persen.
Bagi Indonesia, ini miris, sebab Indonesia merupakan negeri agraris, negeri pertanian. Gemah ripah loh jinawi. Kekayaan alamnya berlimpah, tenteram, makmur, tanahnya sangat subur.
Jika segala nikmat ini tidak dikelola, tentu menjadi masalah besar. Bahkan, sejatinya efek minimnya regenerasi petani ini sudah dapat kita rasakan. Pemerintah telah beberapa kali mengimpor bahan makanan yang sebenarnya bisa tanam di negeri sendiri.
Namun demikian, rasanya tidak bijak jika menyalahkan satu pihak saja atas segala problem ini. Menurut Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah, ada dua faktor yang membuat anak muda zaman sekarang tidak begitu tertarik untuk terjun ke industri pertanian. Kedua faktor itu ialah kecilnya pendapatan yang diperoleh serta minimnya akses berbentuk lahan yang dapat mereka kelola.
Di samping itu, menjadi petani juga bukan profesi yang mudah untuk dijalani. Perlu mental kuat dan energi yang lebih. Bahkan di desa-desa, banyak petani yang berjuang keras untuk menyekolahkan anaknya, agar kelak mereka bisa hidup dengan lebih baik. Tidak menjadi seperti mereka.
Ini bukan soal petani adalah profesi yang buruk. Sama sekali bukan. Petani adalah profesi yang mulia. Mereka manghasilkan sumber pangan yang utama. Namun, menjadi petani itu memang tidak mudah.
Anjuran Menanam dari Rasulullah
Sobat, jika kita tarik ke belakang, pada zaman Rasulullah, menjadi petani atau bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan merupakan salah satu hal yang dianjurkan. Rasulullah bersabda, “Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seseorang di antara kalian terdapat bibit pohon kurma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah.” [H.R. Ahmad dan Al Bukhari]
Berdasar hadis ini, seorang ahli hadis, Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy, dalam Silsilah Al Ahadits Ash-Shahihah, mengungkapkan bahwa hadis ini merupakan salah satu anjuran kuat untuk bercocok tanam.
Di dalamnya terdapat targhib (dorongan) besar untuk menggunakan kesempatan terakhir dari kehidupan seseorang dalam rangka menanam sesuatu yang dimanfaatkan oleh manusia setelah ia (si penanam) meninggal dunia.
Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, “Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya.” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim]
BACA JUGA: Terbukti, Para Tumbuhan Pun Senantiasa Bertasbih Pada Allah
Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah, sebab tanaman itu akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.
Mari Menanam
Terkait kenyataan di Indonesia atas minimnya minat untuk menjadi seorang petani, seyogianya kita kembali meresapi makna hadis-hadis di atas. Melakukan kebaikan bukan hanya soal memberi uang kepada orang lain yang membutuhkan, tetapi bisa juga dengan mengelola apa yang telah dilimpahkan Allah kepada kita. Tanah yang subur, mestinya kita jaga, kita maksimalkan sebaik-baiknya.
Semua kembali kepada kita. Mau atau tidak mau. Di samping itu, mari kita tetap melakukan apa yang bisa dilakukan. Jika tak bisa menjadi petani, setidaknya kita tetap mau menanam. Entah apa pun itu, asal memberi manfaat. Menanam buah atau bunga di kebun, pekarangan, atau di mana saja.
BACA JUGA: Saatnya Generasi Muda Bangun Kembali Sektor Pertanian Kita
Menanam akan memberikan dua manfaat sekaligus, dunia dan akhirat. Manfaat dunia karena memberikan sumber bahan makanan, menjaga kelestarian alam, membuat udara kian segar, dan sebagainya. Manfaat akhirat karena memberikan pahala, ketika hasil tanaman kita memberi manfaat pada makhluk hidup di sekitar kita.
Selain itu, mari senantiasa berdoa agar pertanian Indonesia kembali berjaya. Barangkali, Sobat adalah salah satu yang mampu menciptakan teknologi terbaru untuk meningkatkan hasil pertanian. Selamat Hari Gerakan Satu Juta Pohon, 10 Januari 2019. Mari menanam! []