Perjuangan Heroik Umar Mukhtar Si Singa Padang Pasir

Smarteen.co.id — Kisah itu bermula pada tahun 1911, saat kapal-kapal perang Italia berlabuh di Pantai Tripoli, Libya. Italia membuat permintaan kepada kekhalifahan Turki Utsmani untuk menyerahkan Tripoli kepada Italia. Kalau tidak, kota itu akan dihancurkan.

Bersama rakyat Libya, kekhalifahan Turki Utsmani menolak mentah-mentah permintaan itu. Akibatnya, Italia pun mengebom kota Tripoli tiga hari tiga malam. Peristiwa ini menjadi seri perjuangan mujahidin Libya, bersama tentara Turki melawan pasukan Italia.

Setahun kemudian, Sultan Turki menandatangani sebuah perjanjian damai di Kota Lausanne, Switzerland, yang sejatinya sebagai simbol menyerahnya Turki kepada Italia. Namun, rakyat Libya menolak untuk menyerah. Perang jihad padang pasir pun dilanjutkan dengan episode yang lebih berat.

Dalam kondisi seperti itu, sosok pejuang kharismatik sangat dibutuhkan. Dan itu ada dalam diri seorang komandan perang yang mendapat julukan Lion of the Desert, Singa Padang Pasir, Umar Mukhtar.

Dilahirkan tahun 1861, Umar memulai hidupnya menjadi seorang sufi dan mengikuti tarekat Sanusiyah. Sebuah tarekat yang unik. Dia tidak meninggalkan dunia, tetapi peduli terhadap persoalan dunia. Tarekat ini mengajarkan berani berperang melawan ketidakadilan. Ini mengingatkan kita dengan doa Abu Bakar, “Ya Allah! Jadikanlah dunia ini di tangan kami bukan di hati kami.”

Master Strategi Perang

Umar Mukhtar.

Umar Mukhtar merupakan seorang komandan perang yang juga master dalam strategi perang gerilya di padang pasir. Dia memanfaatkan pengetahuannya tentang peta geografi Libya, untuk memenangi pertempuran. Terlebih pasukan Italia ‘buta’ dengan padang pasir. Beliau benar-benar memanfaatkan keterbatasan itu sebagai area menjadi sebuah titik kemenangan.

BACA JUGA: Mimar Sinan Pasha, Arsitek Andal Turki Utsmani

Umar Mukhtar memiliki sekitar 6.000 pasukan. Dia juga membentuk pasukan elit kecil yang mempunyai mobilitas dan keterampilan perang yang tinggi. Keistimewaanya, berani tampil menjemput syahid. Pasukan ini mirip Brigade Izzuddin Al-Qassam yang dimiliki HAMAS di Palestina.

Tahun 1921 Umar Mukhtar tertangkap, karena pengkhianatan salah seorang pasukannya. Namun berkat kepiawaiannya berdiplomasi dalam bahasa Inggris, Umar pun cepat dibebaskan oleh tentara musuh.

Di tahun yang sama, Libya diperintah oleh Gubernur Jenderal Guiseppe Volvi. Dia mendeklarasikan akan “memperjuangkan hak-hak Italia dengan darah”. Lima belas ribu pasukan Italia pun disebar di kota Libya untuk membunuh para penduduk awam.

Angkatan udara Italia pun juga ikut berbicara. Kepala operasi ketentaraan ini adalah Pietro Badoglio dan Rudolfo Graziani. Nama terakhir ini tidak mengecualikan seorang pun dari pendukung-pendukung Umar yang tertangkap. Semuanya harus dibantai. Hal ini mendorong Umar beserta pasukannya kembali angkat senjata.

Italia akhirnya kalang kabut. Mereka ambil sikap, menangkapi rakyat biasa Libya. Karena itu, Mujahidin Libya harus menjalani peperangan yang sangat panjang. Umar berganti titel menjadi komandan perang untuk seluruh wilayah Libya. Terlebih, dia seorang ‘lulusan’ penjara Italia, sekolah yang semakin membesarkan cintanya membela Islam.

BACA JUGA: Mariam al-Ijliya, Muslimah Perancang Astrolabe

Peperangan yang berkisar pada tahun 1923-1931, menyebabkan Italia menderita kerugian yang amat sangat. Italia kalah perang di mana-mana. Setelah mendapat laporan dari Libya, Benito Musollini turun tangan. Dia mengirim 400.000 pasukannya ke Libya. Perang menjadi sangat tidak seimbang.

Tahun 1931, Umar Mukhtar tertangkap. Sebuah pukulan telak kepada rakyat Libya. Dia pun diadili dalam pengadilan yang tidak ada keadilan di dalamnya. Akhirnya, 16 September 1931 Umar Mukhtar syahid di tiang gantungan. Perjuangan heroik Umar Mukhtar kemudian diabadikan dalam film yang berjudul Lion of the Desert. [Tim Smarteen/Dari berbagai sumber]

About admin

Check Also

Merayakan Kemerdekaan ke-79 ala Generasi Muda

Smarteen – Tujuh puluh sembilan tahun telah berlalu sejak Bapak Proklamator, Ir. Soekarno, membacakan naskah Proklamasi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *