GAME ONLINE

Bahaya Kecanduan Game Online dan Cara Mengatasinya

Smarteen.co.id — Among Us, Mobile Legends, Arena of Valor (AoV), Clash of Clans, Clash Royale, Rules of Survival. Sobat Smarteen, kamu merasa asing nggak sih dengan istilah-istilah ini? Sepertinya enggak, ya. Secara, generasi milenial memang sangat akrab dengan berbagai game online. Dan istilah-istilah di atas adalah beberapa nama dari game online yang cukup populer. Hayo, siapa yang tiap hari nggak pernah absen memainkannya?

Bermain game online mamang mengasyikkan. Seru. Kita bisa melakukan banyak eksplorasi untuk menyelesaikan tantangan dalam permainan. Tak jarang, orang-orang yang bermain game online, mampu berteriak-teriak penuh semangat layaknya sedang bermain bola di lapangan. Ya, bermain game online memang seseru itu.

“Aku suka main game online, setiap hari melakukannya,” ujar seorang pelajar di Boyolali yang enggan disebut namanya.

Di Sragen, seorang guru Bimbingan dan Konseling pada salah satu SMP pun pernah bercerita soal perilaku siswanya yang gemar bermain game online. Ia bahkan sempat kewalahan untuk menanganinya. “Siswa saya banyak yang suka game online. Ada beberapa yang kelihatannya sampai kecanduan. Prestasinya di sekolah jadi anjlok,” ujarnya.

“Sudah diberi nasihat agar mengurangi (main) game online, diajak ngobrol baik-baik, tapi ya tetap saja nggak mau mendengarkan,” imbuhnya.

GAME ONLINE

Dampak Keberadaan Game Online

Sobat Smarteen, keberadaan game online memang ibarat dua buah mata pisau yang sama-sama tajam. Di satu sisi, bisa memberikan dampak positif yang tentunya bermanfaat. Namun, di sisi yang lain juga bisa memberikan efek yang begitu berbahaya layaknya racun.

Apa dampak positifnya? Menurut Ernawati, S.Psi., M.Psi., Konselor di Biro Konseling dan Psikologi Terapan (BKPT) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, jika game online dimainkan secara bijak, bisa menjadi media untuk refresh otak dan hiburan. Di sisi lain, game juga mampu memicu munculnya daya kreativitas seseorang. Bukan hanya bagi penggunanya saja, melainkan juga para pengembang.

Bagi pengembang (developer), game online akan membuat mereka terbiasa berpikir kreatif. Hal ini sangat dibutuhkan untuk proses pengembangan game ke depan. Dilansir dari sebuah situs, seseorang yang terbiasa berpikir kreatif kemungkinan besar juga memiliki pikiran yang positif. Ia akan menjadi pribadi yang tangguh, kuat, dan juga fleksibel dalam menghadapi tantangan hidup.

“Tapi kalau suka game melebihi kapasitas waktu, jadinya berbahaya,” kata Erna. Baginya, orang-orang yang terlalu berlebihan memainkan game online (sampai kecanduan) seolah-olah akan memiliki dunianya sendiri.

“Setiap hari dia akan bermain game. Lupa waktu, makan, ibadah, lupa semuanya. Interaksi sosialnya akan semakin berkurang,” imbuh Erna.

Orang yang sudah kecanduan game, ketika bermain game akan merasakan berbagai bentuk emosi, seperti rasa puas—ketika yang ditargetkan tercapai. Di waktu berdekatan, dia juga bisa merasa kecewa dan marah—saat kalah atau tak mencapai target yang ditentukan.

BACA JUGA: Cara Menghadapi Stalker Menyebalkan di Media Sosial

Menurut Erna, pergolakan emosi yang ‘naik-turun’ ini dapat membuat remaja menjadi tak stabil. Selanjutnya, ketidakstabilan tersebut akan berdampak luas. “Perilaku sehari-hari bisa berubah, jadi sering berkonflik dengan orang tua, berani melawan, bahkan sampai berani mencuri ketika ia membutuhkan dana untuk keperluan game,” jelasnya.

Hal ini akan semakin parah karena pecandu game online jarang berinteraksi dengan lingkungan. “Remaja sebenarnya butuh tempat untuk bercerita, pengin curhat,” papar Erna. Ia mengibaratkan kita seperti keran air yang tertutup, kemudian pompa air dinyalakan. Betapa akan penuhnya isi keran tersebut, hingga tak mampu menahan lagi.

“Akhirnya, beberapa remaja mencari mudahnya saja, ‘berlari’ ke hal-hal negatif. Lewat itu, ia merasa dapat membuka keran yang tertutup,” ungkapnya.

Jadi Sobat, misalnya teman kita ada yang kecanduan game online, sebaiknya tidak kita jauhi. Justru teman seperti ini, mesti kita dekati. Kita ajak ia berbincang, menceritakan apa saja yang menjadi beban pikiran, sehingga tak akan terus-terusan mencurahkan ‘emosinya’ dalam bentuk aktivitas bermain game.

Namun, tetap lakukan semua itu dengan cara yang baik. Jangan memaksa, jangan membuatnya tersinggung, dan kita pun juga harus mampu menjaga diri—jangan sampai malah terpengaruh ikut main game.

Dilansir lifestyle.bisnis.com, World Health Organizations (WHO) menetapkan kecanduan game atau game disorder ke dalam versi terbaru International Statistical Classification of Diseases (ICD) sebagai penyakit gangguan mental untuk pertama kalinya.

Di samping kondisi psikis, kecanduan game online juga memberikan dampak buruk bagi kesehatan fisik. Seseorang yang sudah kecanduan, tentu akan kerap untuk berinteraksi dengan gadget. Padahal, terlalu lama berada di depan gadget bukanlah hal baik. Mata kita akan lelah—dalam kondisi parah, bisa sampai mengalami kebutaan. Tubuh yang tak banyak melakukan aktivitas fisik pun lebih berisiko mengalami berbagai masalah.

“Kalau kita timbang, dampak negatif game online memang lebih banyak daripada positifnya,” ujar Erna.

Cara Lepas dari Game Online

Jika demikian, bagaimana cara untuk berhenti, atau setidaknya mengurangi durasi (intensitas) bermain game online? Dikutip dari okezone.com, seorang pemuda bernama Andrew Ryan mampu lepas dari game online, setelah sebelumnya merupakan pecandu game. Ia kini kerap memotivasi para penggila game online agar bisa berhenti.

Pemuda yang sempat bergabung dalam komunitas game tersebut mengaku dulunya selalu bermain game selama hampir 12 jam sehari. Hal ini membuatnya jarang berinteraksi sosial di dunia nyata. Nilai-nilai pelajaran di sekolah pun turun.

Kala itu, Andrew mulai sadar bahwa kehidupannya tidak baik-baik saja. Kesenangan yang didapat dari game sejatinya juga telah menciptakan sesuatu yang mengganggu hidupnya.

Dari sini, laki-laki kelahiran 2002 tersebut bertekad untuk berhenti main game online. Salah satu upaya yang ia tempuh adalah dengan keluar dari zona nyamannya bermain game, ia memutuskan untuk berhenti dari komunitas, hingga akhirnya, Andrew benar-benar bisa berhenti.

BACA JUGA: Cara Mengatasi Rasa Cemas Berlebihan

Dari pengalaman Andrew, lepas dari jerat game online, bukan hal mustahil. Kuncinya adalah tekad dari dalam diri untuk benar-benar berhenti atau setidaknya mengurangi. Selanjutnya, kita wujudkan dengan menghindari hal-hal yang kemungkinan besar akan memengaruhi kita untuk kembali tertarik dengan game.

Hal ini sesuai dengan pendapat Erna. Menurutnya, lingkungan pergaulan remaja sangatlah penting. Maka, jika kita bisa keluar dari lingkungan buruk, kita pun dapat terhindar dari hal buruk. Pun sebaliknya.

So, guys, jangan tunggu game online menebar dampak negatifnya dulu, baru kita akan sadar dan mulai menghindari. Namun, senantiasa waspadalah sejak hari ini. Bijaklah, jangan sampai berlebihan. []

About Ibnu Majah

Check Also

Merayakan Kemerdekaan ke-79 ala Generasi Muda

Smarteen – Tujuh puluh sembilan tahun telah berlalu sejak Bapak Proklamator, Ir. Soekarno, membacakan naskah Proklamasi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *