menjadi guru

Cara Menjadi Guru yang Baik

Smarteen.co.id — Menjadi guru bukanlah profesi yang mudah. Ia memiliki tanggung jawab yang besar. Mengajari murid-murid agar kelak bisa menggapai impian. Profesi guru layaknya ‘kunci’ bagi masa depan seseorang.

Sebagai pelajar, setiap hari kita memang bertemu guru. Berinteraksi dengan mereka, mendapat banyak ilmu bermanfaat.

Namun, apakah kita sudah benar-benar paham sebenarnya apa yang diharapkan oleh seorang guru kepada para siswanya? Nilai yang tinggi, kah? Prestasi kejuaraan yang luar biasa? Atau mungkin justru hal lain?

Nah, Smarteen sudah berbincang dengan Ibu Herni Budiati, S.Pd., M.Pd., Guru Berprestasi Jenjang SMP tingkat Nasional tahun 2017, yang saat ini mengajar di SMPN 23 Surakarta. Simak yuk, bagaimana rasanya menjadi guru versi Bu Herni.

Herni Budiati, S.Pd., M.Pd.
Herni Budiati, S.Pd., M.Pd.

Bagaimana rasanya menjadi guru?

Sangat campur aduk. Saya butuh waktu 5 tahun lebih untuk benar-benar bisa menikmati profesi sebagai guru ini. Ada berbagai suka dan duka yang saya alami.

Menjadi guru yang baik, berarti setiap hari kita akan bertemu para siswa dengan berbagai karakter yang berbeda. Hal ini, di satu sisi memberi pembelajaran juga kepada saya—yang juga merupakan seorang ibu—untuk menghadapi anak-anak saya di rumah yang juga memiliki karakter berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Di sisi lain, perbedaan karakter para siswa ini juga memberi kesimpulan kepada saya bahwa pendidikan sangat penting. Sebagai guru, saya harus mampu ‘membawa’ mereka secara harmonis. Bukan justru mengelompokkan mereka berdasar perbedaan yang dimiliki.

Sebagai guru, apa yang paling Bu Herni inginkan dari para siswa?

Salah satu syarat menjadi guru adalah kita harus menyadari bahwa kondisi siswa di setiap sekolah berbeda-beda. Ada yang excellent, tetapi ada juga yang biasa saja.

Maka, saya pun berpikir bahwa memang pendidikan di sekolah itu ada bukan sekadar untuk transfer ilmu pengetahuan supaya siswa menjadi pintar dengan nilai yang tinggi, tetapi juga memberikan pembiasaan, membentuk karakter, memberikan lifeskill, dan sebagainya.

Hal-hal seperti ini mungkin memang tak akan dirasakan langsung manfaatnya oleh siswa, tetapi saya yakin suatu hari kelak, pembentukan karakter dan pembelajaran lainnya yang tidak berbasis nilai ini akan membantu anak-anak untuk menjalani kehidupan. Saat itulah panen kita sebagai guru. Inilah salah satu alasan menjadi guru.

Saya sering menyampaikan kepada siswa, nilai kamu tidak harus mengejar angka 100, tetapi kamu dapat latihan dari ilmu yang saya ajarkan selama ini—latihan untuk disiplin, berpikir, komunikasi, bekerja sama, saling menghargai, dan sebagainya.

BACA JUGA: Bagaimana Cara Menghadapi Guru Galak di Sekolah?

Intinya, saya sebagai guru tidak melulu ingin siswa saya mendapat nilai tinggi. Namun saya lebih ingin siswa saya memiliki bekal keterampilan (lifeskill) untuk menjalani kehidupan di masyarakat kelak.

Apakah ada momen tak terlupakan saat cita-cita menjadi guru telah terwujud?

Mungkin ini ya, jadi beberapa waktu setelah siswa saya lulus, mereka sudah dewasa, mereka mencari-cari saya lewat media sosial. Biasanya di Facebook.

Kemudian mereka mengirim pesan, bilang katanya kangen dimarahi sama saya. Mereka juga mengatakan bahwa ternyata nasihat yang saya katakan dulu, sekalipun tampak tegas seperti sedang memarahinya, benar-benar bermanfaat untuk kehidupan mereka saat dewasa.

Saya pun sering mengatakan bahwa ketika seorang guru memarahi siswa, itu sebenarnya bukan bentuk kebencian. Itu salah satu tahapan menjadi guru yang baik. Itu wujud perhatian seorang guru.

Buktinya, ya siswa-siswa saya ini, banyak yang baru menyadarinya saat sudah dewasa. Jadi, syarat menjadi guru itu bukan hanya punya skill mengajar pelajaran, tetapi juga bisa mengarahkan siswa agar memiliki karekter yang baik

Apa pesan Bu Herni sebagai guru untuk para siswa?

Saya meminjam kata-kata motivasinya Ir. Soekarno, “Jangan hanya begini-begini saja, beranilah untuk bermimpi. Bermimpilah setinggi langit, sebab kalaupun jatuh, kamu akan jatuh di antara bintang-bintang.”

BACA JUGA: Iman Usman, Wujudkan Kepedulian Lewat Ruangguru

Saya juga selalu menyampaikan bahwa sukses itu mesti direncanakan. Sukses itu potensi x kesempatan. Mampu enyampaikan hal-hal seperti inilah salah satu cara menjadi guru yang baik. Ini juga salah satu alasan menjadi guru buat saya.

Punya potensi, dikasih kesempatan nggak mau, sama dengan nol. Ada kesempatan, tetapi potensi tak pernah diasah, sama dengan nol juga. Tidak ada kesuksesan.

Jadi kalau sekarang para siswa mau sekolah dengan rajin, disiplin—tidak harus mendapat nilai tinggi—Itu artinya sudah bagian dari merencanakan kesuksesan. Kesuksesan itu tidak melulu bisa diukur dengan nilai pelajaran yang tinggi. []

About Ibnu Majah

Check Also

Merayakan Kemerdekaan ke-79 ala Generasi Muda

Smarteen – Tujuh puluh sembilan tahun telah berlalu sejak Bapak Proklamator, Ir. Soekarno, membacakan naskah Proklamasi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *