CERPEN: Aku dan Jilbab di Kepalaku

“…Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)…” [Q.S An Nur (24): 31]

Smarteen.co.id — “Ih, nggak banget! Kayak ibu-ibu mau kondangan!” sindir Viona.

Ho’oh, jadi kelihatan nggak modern banget,” lanjut Vanny.

“Jangan-jangan dia sekolah sini gara-gara dibayarin majikannya. Dia kan anak pembantu,” Melany ikut menyela.

Aku yang saat itu sedang berada di kamar mandi tak sengaja mendengar obroan Melany and the gang. Tak terasa, air mataku mengalir. Hatiku merasa seperti diiris-iris. Tanganku menggeram kuat. Ingin rasanya berkata kasar dan membentak. Tapi apa daya, memang yang mereka bicarakan ada benarnya.

BRUUK!!

Melany, Viona, dan Vanny menoleh, kaget melihatku berlari keluar dengan air mata bercucuran. Aku membanting pintu dan berlari menuju kelas. Aku tak memedulikan lagi apa tatapan orang-orang kepadaku.

Eh, Dewi! Kamu kenapa?” Nita menarik lenganku agar aku berhenti berlari. Ia memintaku untuk menjelaskan kenapa tiba-tiba aku berlari sambil menangis. Namun, aku hanya membalasnya dengan gelengan.

Sesampainya di kelas, aku segera membereskan barang-barangku dan langsung menuju ke parkiran. Kukayuh sepeda bututku melewati gang-gang kecil dan berhenti di depan sebuah rumah yang sederhana.

“Assalamualaikum, Dewi pulang!” aku langsung masuk kamar dan melampiaskan kekesalanku. Bantal dan selimutku basah oleh air mataku. Aku menenangkan diri dengan belajar pelajaran untuk hari esok. Tak terasa beberapa menit aku menangis. Akhirnya aku tertidur di meja belajar.

***

BACA JUGA: CERPEN: Sosok Inspirasi?

Lho? Nduk, kok belum siap ki gimana?” tanya ibu melihatku belum memakai seragam.

“Itu matanya kenapa? Kamu habis nangis to, Nduk?” lanjutnya. Aku menggeleng diam dan melanjutkan sarapanku.

“Pakai jilbab itu perintahnya Gusti Allah,” ucap ibu sambil duduk di sampingku. Aku menoleh bingung. “Kok Ibu tahu?” batinku.

“Apa-apa yang diperintahkan Gusti Allah itu pasti ada manfaatnya.” Ibu mengelus rambut panjangku.

Emang kalau aku pakai jilbab, aku mirip nenek-nenek ya, Bu?” tanyaku pada ibu. Ibu tertawa mendengar pertanyaanku.

“Siapa bilang? Yang ada kamu malah jadi tambah ayu kalau pakai jilbab,” ucap ibu.

“Ibu dulu juga biasa diejek sama temen-temen, tapi Ibu tetap pakai jilbab, sebab ibu takut,” sambung ibu panjang lebar. Aku menatap serius ke wajahnya.

 “Takut kenapa, Bu?” tanyaku bingung.

“Takut dimarahi Gusti Allah,” sahut ibu, kemudian berlalu ke dapur.

***

BACA JUGA: CERPEN: Cara Terbaik Menyalurkan Rindu

Aku memikirkan ucapan ibu tadi. Sebenarnya aku takut jika diejek teman-teman lagi. Namun, aku lebih takut dengan azab-Nya.

Hah… Bismillah, sudah kutekadkan untuk mencoba istikamah berjilbab seperti ibu karena Allah.

Aku segera menyelesaikan sarapan dan berangkat ke sekolah. Aku akan membuka lembaran hidup baru. Inilah aku, Dewi, seorang muslimah yang mencoba untuk istikamah di jalan-Nya.

Doain Dewi ya, Bu. Semoga Dewi istikamah untuk selalu berjilbab,” ucapku menyalami tangan ibu. Ibu mengangguk tersenyum. []

Oleh:
Atsna Muthamainah
Kelas IX, MTs Terpadu Al Hikmah Karanggede, Boyolali

About admin

Check Also

Aku Bisa Menggapai Mimpi

Kisah Nyata: Aku Bisa Menggapai Mimpiku

Smarteen.co.id – Sebenarnya aku tak pernah menyangka untuk bersekolah di sekolah swasta yang menjadi sekolahku …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *