Ketika aku kelas IX
Smarteen.co.id – Aku punya teman sekelas yang menurutku sangat nakal. Saat itu aku memang tidak berteman akrab dengannya karena kenakalannya itu. Sama sekali aku tidak pernah punya keinginan untuk dekat apalagi berteman akrab dengannya.
Namun setelah berlalu beberapa bulan aku bisa dekat dengan temanku itu. Aku berteman dengan dia, bersahabat dengannya, padahal sama sekali tidak pernah ada bayangan sebelumnya aku akan menjadi sahabatnya.
Aku hanya mengambil hikmah, pasti ada alasan tersendiri di balik semua ini yang mungkin aku sendiri belum tahu.
Sebelumnya, aku selalu pilih-pilih dalam berteman. Ketika temanku yang nakal itu mendekatiku pun aku tidak begitu saja mau berteman dengannya. Saat itu aku selalu khawatir, jika aku harus berteman dengan dia, akankah aku akan menjadi sepertinya? Aku senantiasa khawatir dan memberikan batasan untuk diriku agar tidak dekat dengannya.
Suatu saat aku merenung dan berpikir, mungkin temanku yang seperti itu nakalnya bisa berubah jadi baik, boleh jadi dia tidak akan selamanya seperti itu, lalu kenapa aku harus khawatir?
BACA JUGA: Kini Saatnya Pemuda Jadi Agen Perubahan
Aku yakin, semua orang pasti bisa berubah menjadi lebih baik, kita hanya perlu membimbing orang tersebut dengan cara yang baik. Mengajaknya berbicara dengan baik, mendengarkannya dengan baik, memahaminya dengan baik, maka kelak dia akan jadi lebih baik. Aku mulai membuka diri terhadapnya.
Ketika aku kelas X
Kelas X aku semakin terbuka dengannya, demikian juga dengannya, dia mulai mau sharing denganku. Dia mau menceritakan kehidupannya, keluh kesahnya, permasalahan yang sedang dia alami.
Aku mulai mengerti apa yang dia hadapi. Sebagai sahabatnya, walaupun belum terlalu lama kami bersahabat, aku berusaha memberikan saran semampu yang aku bisa.
Aku melihat ada benih-benih kebaikan yang ada dalam dirinya, suatu saat dia akan jadi baik insya Allah.
Suatu saat aku bertanya langsung kepadanya, “apakah kamu tidak ingin meninggalkan sifat-sifat jelekmu yang dulu dan jadi orang yang lebih baik lagi?”
“Apa aku bisa seperti itu? Apa aku bisa jadi orang yang sebaik itu dan meninggalkan semua kenakalanku yang lalu?” tanyanya dengan ragu.
“Kawan, semua bisa terjadi asal ada kemauan dan kesungguhan untuk berubah jadi orang yang lebih baik lagi,” jawabku sambil tersenyum menghiburnya.
BACA JUGA: Opini Pelajar: Jangan Sampai Otak Kita Digantikan Mesin – oleh Ika Amalia
“Tapi, dengan keadaanku yang sekarang, itu semua tidak mudah. Dengan keadaanku yang sekarang, rasanya itu sulit, semua orang telanjur menjauhiku. Mereka semua benci dengan sikap dan perbuatanku selama ini,” dia masih saja bersedih.
“Aku akan jadi orang pertama yang ada di sisimu kawan. Aku akan selalu mendukung keinginanmu untuk berubah jadi lebih baik, kamu tak pernah sendirian kawan,” aku terus menyemangatinya untuk berubah jadi lebih baik.
Terus membersamai
Sejak itu aku terus membersamainya berubah, perlahan namun pasti dia mulai meninggalkan kenakalan-kenakalan yang dulu dia lakukan. Dia yakin dan optimis untuk jadi orang yang lebih baik.
Di hadapan semua orang dia buktikan dia mau berubah. Perubahan itu memang tidak bisa instan, tidak semudah membalikan telapak tangan. Perubahannya menjadi baik pun mungkin tidak sesempurna yang diharapan orang-orang, tetapi dari situ aku melihat hal yang luar biasa.
Perubahan itu berawal dari diri kita sendiri, lalu akan menjadi makin sempurna ketika orang-orang yang terdekat dengannya mendukung penuh dalam kebaikan yang sedang dia upayakan. Yakinlah, karena perubahan pasti terjadi.[]
Oleh: Nurul, SMKN 1 Purwodadi