Smarteen.co.id — Sobat, kamu pernah merasa tidak nyaman dengan keluarga sendiri? Perasaan semacam ini, seiring bertambahnya usia kita, memang sangat mungkin muncul. Membuat kita menjadi merasa asing di antara keluarga kita sendiri. Padahal, sesungguhnya kita tidak melakukan kesalahan apa pun yang membuat seolah ada sekat yang memisahkan kita dengan anggota keluarga lainnya.
Nah, tentu rasanya nggak enak jika kita terus menerus merasa seperti ini. Dengan anggota keluarga sendiri saja merasa tidak nyaman, apalagi dengan orang atau keluarga lain. Hidup pasti menjadi tertekan. Untuk mencari solusinya, silakan Sobat baca ulasan berikut ini secara utuh sampai selesai, ya.
Pada suatu musim liburan, sebuah keluarga merencanakan perjalanan ke rumah peninggalan kakek di desa. Ada ayah, ibu, dan dua anak perempuan. Mereka tampak amat bahagia.
Di desa, pemandangan terlihat hijau. Udara segar melimpah ruah. Hari-hari di sana pun terasa menyenangkan, melakukan berbagai aktivitas bersama seluruh anggota keluarga membuat liburan mereka kian sempurna.
Namun, suatu hari ayah mengumumkan sesuatu yang penting—sekaligus mengejutkan. Ia bangkrut. Kegiatan di desa itu bukan sekadar liburan, melainkan untuk menetap tinggal. Semua yang ada di kota tak bisa dibawa, anak-anak harus rela pindah sekolah. Sejak itu, liburan indah tersebut berubah…
BACA JUGA: Mencintai Diri Sendiri, Cara Berdamai dengan Diri Agar Bahagia
Keluarga Cemara. Yap, tiga paragraf di atas adalah sedikit plot dari film yang tayang di bioskop beberapa waktu lalu tersebut. Film ini begitu mengharukan, worth it untuk ditonton bersama seluruh anggota keluarga.
Keluarga menjadi pokok cerita dalam film ini. Sesuatu yang amat dekat dengan masyarakat kita, sebab sejatinya kita semua memiliki keluarga. Ada yang bahagia, ada pula yang sebaliknya. Ada yang selalu terasa nyaman, ada pula yang tidak nyaman dengan keluarga sendiri. Yang jelas, tiada keluarga yang berjalan tanpa masalah. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Pentingnya Peran Keluarga
Kapan terakhir kali kamu menceritakan masalahmu pada keluarga? Meminta pendapat mereka untuk memperoleh solusi terbaik? Atau kapan terakhir kali kamu merayakan kebahagiaan bersama mereka?
Jika hal itu kamu lakukan belum lama ini, mungkin tak jadi masalah. Namun, jika hal semacam itu sudah lama tak kamu lakukan, sepertinya ada yang salah. Kamu mungkin sudah mulai merasa tidak nyaman dengan keluarga sendiri. Harus segera diatasi.
Dalam Islam, adanya peran keluarga dalam perkembangan kepribadian anak dinilai sangat penting. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [H.R. Muttafaq ‘alaih]
Jika kamu masih memiliki keluarga lengkap, tetapi tidak melibatkan mereka untuk semua keputusan yang kamu tetapkan, bagaimana hidupmu bisa terarah ke jalan yang tepat?
Keluarga adalah Harta Paling Berharga
Belakangan, di era perkembangan teknologi media sosial yang kian pesat, remaja justru menjadi anti-sosial. Kita terlena dengan gadget, hingga akhirnya melupakan orang-orang terbaik di sekitar kita. Kita lebih banyak bercerita di dunia maya, berkeluh kesah dengan seseorang yang entah di mana, berbagi sukacita dengan mereka yang jauh di mata.
Memiliki banyak teman, sesungguhnya bukan perkara. Namun, jika itu akhirnya membuat kita lupa dengan keluarga, artinya telah menjadi problem yang nyata. Bagi Ramzani Lutfi Syarifah, keluarga adalah tempat paling nyaman untuk bercerita.
“Aku lebih sering curhat sama keluarga, khususnya sama ibu,” ungkapnya. Siswi SMAN 1 Baturetno, Wonogiri tersebut mengaku jika ibunya selalu mengerti permasalahannya, sehingga ia bisa memberikan saran-saran. Sementara itu, teman jarang memberikan saran.
BACA JUGA: Cara Agar Tetap Dekat dengan Keluarga, Meski Tak Bersama
“Kalau curhat sama teman, terkadang mereka hanya ingin mendengar aja, bukan untuk membantu memecahkan masalah. Aku juga nggak terlalu percaya sama teman,” jelas Ramzani.
“Tapi aku tetap punya teman, kok. Saat mereka curhat ke aku, kalau aku bisa kasih solusi, ya kuberi solusi. Kalau enggak, aku berusaha untuk menghibur. Insyaallah selama ini belum ada yang kucuekin,” imbuhnya.
Sobat, mari kita renungkan, siapa yang merawat kita saat kita terbaring sakit tak berdaya? Siapa yang siap siaga membantu jika kita menghadapi masalah? Teman, mungkin iya, jika mereka benar-benar peduli dengan kita. Namun, orang tua atau keluarga pasti melakukannya. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk merasa tidak nyaman dengan keluarga sendiri.
Mereka adalah orang-orang yang paling menyayangi kita, tanpa berharap imbalan apa-apa. Sehingga, benarlah penggalan lirik dari original soundtrack film Keluarga Cemara ini…
Harta yang paling berharga, adalah keluarga. Istana yang paling indah, adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna, adalah keluarga. Mutiara tiada tara, adalah keluarga.
Remaja Butuh Didengar dan Dipahami Agar Nyaman dengan Keluarga
Ketika ada teman berkeluh kesah kepada kita, apa yang harus kita lakukan? Sementara untuk memberi solusi pun, kita belum mampu. Menurut Yusri Maulina, S.Psi, Mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), ketika ada teman bercerita, yang paling penting adalah mendengarkannya, berempati, dan memahami masalahnya seperti kita sedang berada di posisi itu.
“Karena terkadang, ketika teman kita bercerita itu bukan untuk meminta solusi, tapi cuma untuk didengarkan,” ungkapnya.
BACA JUGA: Kisah Hidup: Ya Allah, Satukanlah Kembali Hati Kedua Orang Tuaku
Hal tersebut, lanjut Yusri, disebabkan masa remaja adalah masa storm and stress (badai dan tekanan). Remaja sedang mengalami masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Ketika kanak-kanak, permasalahan banyak diselesaikan orang tua, sedangkan ketika remaja, individu sudah mulai menyelesaikan masalahnya sendiri.
Sayangnya, kemampuan fisik, kognitif, mental, maupun finansial, belum sematang orang dewasa. Maka, remaja rentan mengalami tekanan, mudah galau. Karena itu, remaja lebih butuh didengarkan dan diterima pendapatnya, begitu pula dengan teman kita.
Hadapi Keluarga Cuek yang Bikin Kita Tidak Nyaman dengan Keluarga
Selain perkembangan teknologi, ada hal lain yang membuat kita jauh dari keluarga. Hal tersebut adalah kondisi keluarga yang kurang kooperatif. Menurut Akbar Nazary Muhammad, ustaz muda sekaligus founder komunitas Dakwah Islam, saat ini memang ada—bahkan banyak—orang tua yang cuek dengan perkembangan anaknya.
“Banyak orang tua yang menganggap anak mereka dalam keadaan baik-baik saja, karena kelihatannya demikian. Apalagi, mereka sudah diserahkan sepenuhnya ke pihak sekolah. Apa pun masalahnya, sekolah yang mengurusi. Ini entah karena orang tua terlalu sibuk, ada masalah, atau memang ada kecenderungan tidak sayang dengan anak,” ujarnya.
BACA JUGA: Orang Tua Sering Bertengkar, Inilah Hal yang Harus Kamu Lakukan
Hal-hal seperti ini, imbuh Ustaz Akbar, menimbulkan jarak antara anak dan orang tua. Anak pun akan sungkan untuk berbincang dengan orang tua. Akhirnya, sangat mungkin seorang anak akan mulai tidak nyaman dengan keluarga sendiri.
Jika kondisinya demikian, sebagai anak, kita bisa berinisiatif untuk berkonsultasi dengan pihak yang bisa menjembatani untuk memperbaiki hubungan kita dengan orang tua. Menurut Ustaz Akbar, guru, ustaz, psikolog, kerabat, atau lainnya adalah contoh yang cocok untuk dipilih. “Yang penting kita percaya bahwa ia mampu membantu kita,” jelasnya.
Keberadaan orang tua atau orang dewasa masih sangat perlu dalam proses perkembangan remaja. Dikutip kompasiana.com, remaja menginginkan orang tua yang menaruh perhatian dan siap membantu apabila mereka membutuhkan bantuan.
Jadi Sobat, ketika ada apa-apa, kamu harus berkomunikasi dengan keluarga. Itu yang paling utama. Family first. Jika memang tidak memungkinkan untuk bercerita dengan keluarga, pihak-pihak lain baru menjadi pilihan selanjutnya. Tidak perlu merasa tidak nyaman dengan keluarga sendiri. []