Smarteen.co.id — Apa yang dihadapi remaja zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu. Banyak yang kemudian mengistilahkan saat ini dengan “zaman now”. Cita-cita remaja zaman now pun bervariasi, karena kondisi yang dihadapi juga berbeda.
Sebagai remaja muslim, apa yang harus jadi cita-citanya? Apa yang harus disiapkan? Smarteen kali ini berbincang bersama Ustaz Adi Hidayat, Lc., MA. Dai dan pendiri Yayasan Quantum Akhyar Institut sekaligus TV Dakwah, Akhyar TV, seusai mengisi Tabligh Akbar di Masjid Nurul Huda Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Apa yang harus menjadi cita-cita utama seorang remaja muslim zaman sekarang?
Kalau kita berbicara Islam, maka referensi yang kita ambil adalah Al-Qur’an dan hadis Nabi Saw. Dalam Al-Qur’an ataupun hadis berisi tuntunan yang sangat lengkap dalam setiap tahapan kehidupan manusia. Dari sebelum lahir sampai kembali kepada Allah. Termasuk dalam tahapan-tahapan remaja. Maka, pastikan jadi remaja yang baik, mulia, tentunya sukses dunia dan akhirat dalam pandangan Allah Swt.
BACA JUGA: Apa Kabar Masa Depan Kita? Sudah Siapkah Berprestasi dan Mewujudkan Mimpi?
Kita selalu panjatkan doa sebagaimana yang dituntunkan dalam Al-Qur’an Surah Al Baqarah ayat 201. “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat….” Dua capaian itulah yang kemudian kita turunkan dalam tahapan kehidupan kita.
Saat remaja, saat akil-balig mulai tumbuh, tuntutan mulai ada. Ada peran-peran yang mulai harus kita lakukan untuk meraih dua capaian tadi. Apa itu?
Pertama, karena urusan akhirat kaitannya dengan ibadah, maka setiap remaja harus mulai memetakan ibadahnya. Mulai ibadah salatnya, bagaimana mengikat hubungan dengan Allah sejak dini. Kalau sudah punya ikatan yang kuat dengan Allah, maka Allah Swt akan memperhatikan kita dengan lebih kuat lagi.
Hal itu sama dengan yang dilakukan oleh Maryam—ia sejak kecil membangun hubungan dengan Allah. Kita lengkapi ibadah kita, salat fardu, salat sunah, bikin time-table nya, turunkan, lalu evaluasi konsistensi kita dalam menunaikannya.
Selanjutnya dekati Al-Qur’an, kita hafalkan, terus berinteraksi dengannya sampai kita punya kecintaan. Kemudian jaga amalan lain juga, seperti puasa yang mengatur meneguhkan jiwa kita, mengekang nafsu kita, sehingga yang muncul adalah ketakwaan.
Takwa ini penting, karena bergaul dengan orang lain butuh takwa. Remaja bergaul dengan banyak orang, maka kemudian yang menjadi pegangan adalah takwa. Yang paling mulia dalam pandangan Allah Swt adalah yang paling bisa menerjemahkan nilai takwa dalam pergaulannya.
Kaitannya dengan profesi, apa yang seharusnya dicita-citakan seorang remaja muslim?
Sebelumnya kita harus petakan dulu, mau jadi apa? Kita nggak bisa menguasai semuanya. Dari situ turunkan, untuk mengantarkan ke sana, pengetahuan apa yang diperlukan? Semua kebaikan itu diraih dengan ilmu.
BACA JUGA: 10 Karakter yang Harus Dimiliki Pemuda Agar Bisa Berprestasi
Kata Imam Syafi’i, “Man aroda dunya fa’alaihi bil ilmi, wa man aroda akhiroh fa’alihi bil ilmi, wa man arodahuma fa’alaihi bil ilmi.” Ingin kebaikan dunia maka diraih dengan pengetahuan, ingin kebaikan akhirat pun diraih dengan ilmu, ingin kebaikan keduanya diraih dengan ilmu.
Misal, ingin jadi pakar fisika, mulai sejak SMP fokus pada pelajaran ini, pelajaran yang lain hanya tambahan. Petakan lalu fokuslah pada itu. SMA tetap fokus, nilai-nilai ketakwaan tetap dijaga, salatnya, puasanya, hafalan Al-Qur’an-nya.
Kemudian ke kampus mana, cari yang kemudian bisa mengantarkan pada tujuan itu, cari pekerjaan yang baik, yang mendekatkan kepada Allah. Di situ jadikan ilmu yang dikuasai untuk membuat orang dekat kepada Allah.
Dahulu orang belajar fisika untuk mengenalkan Allah. Supaya paham alam, dengan alam kemudian menerjemahkan ayat Al-Qur’an. Namun, ketika kemudian ilmu-ilmu itu diambil oleh Barat, Al-Qur’an-nya dibuang, ayatnya diambil, diterjemahkan dalam bentuk penemuan.
Selain itu diskusi dengan teman-teman, bikin halaqoh yang sehaluan. Siapa yang cita-citanya sama, kumpulkan, belajarnya sama, saling membantu, karena antum nggak bisa pintar sendirian. Bersinergilah. Kalau sudah, istikamah dan disiplin dalam mengerjakan. [Taufik]