Smarteen.co.id — Sobat Smarteen, siapa nih yang bercita-cita jadi seorang hafiz atau hafizah? Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah suatu cita-cita yang mulia, sebab hal ini tidak hanya membuat seseorang sukses di dunia saja, melainkan juga di akhirat kelak.
Dalam sebuah hadis disebutkan, “Rajinlah membaca Al-Qur’an, karena ia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat.” [H.R. Muslim]
Di samping itu, mereka juga akan mendapat mahkota dan pakaian kemuliaan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut, “Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat, lalu ia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafiz mahkota kemuliaan. Al-Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan. Kemudian ia minta lagi, “Ya Allah, ridai dia.” Allah pun meridainya…” [H.R. Turmudzi]
Kemudian, masih banyak keutamaan lain yang akan diperoleh para penghafal Al-Qur’an, seperti diutamakan untuk menjadi imam salat berjamaah, diutamakan menjadi pemimpin jika ia mampu memegangnya, dan lain-lain.
Di dunia pendidikan Indonesia saat ini pun para penghafal Al-Qur’an memiliki tempat yang sangat baik. Beberapa perguruan tinggi sudah menerapkan kebijakan untuk menerima siswa-siswi penghafal Al-Qur’an sebagai mahasiswa di jurusan apa pun yang mereka inginkan tanpa tes. Masya Allah.
BACA JUGA: Tips Agar Bisa Belajar di Rumah dengan Fokus dan Asyik
Nah, buat Sobat yang pengin banget jadi penghafal Al-Qur’an, keep your dream alive! Sekalipun kita tengah hidup di era milenial, di mana gempuran gadget begitu menggoda. Namun, yakinlah bahwa aktivitas menghafal Al-Qur’an itu tetap keren.
Berikut ini ada beberapa prinsip menghafal Al-Qur’an yang perlu dipahami, supaya Sobat mampu mewujudkan cita-cita menjadi seorang hafiz atau hafizah. Let’s check this out!
Menghafal Al-Qur’an tidak harus hafal
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Sehingga, tidak perlu pusing memikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an, sebab target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’. Namun, bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan untuk menghafal.
Bukan untuk diburu-buru, bukan untuk ditunda-tunda
Kalau kita sudah menetapkan durasi, misal dari pukul 18.00-19.00 adalah waktu khusus untuk menghafal Al-Qur’an, maka berapa pun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah.
Jangan buru-buru pindah ke ayat selanjutnya jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat itu. Saat di mana kita bercengkerama dengan Allah. Namun ingat, jangan sampai ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara pas.
Menghafal bukan untuk khatam, tapi untuk setia bersama Al-Qur’an
Kondisi hati yang tepat saat menghafal adalah bersyukur, bukan bersabar. Namun, kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar.” Iya, kan?
Sebenarnya tidak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya, ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat ingin kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam).
BACA JUGA: Tips Hidup Hemat Tanpa Menjadi ‘Perhitungan’
Bukankah di awal Surah Thaha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan sebagai beban? Lalu, untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.
Senang dirindukan ayat
Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang, tetapi belum juga nyantol di memori, maka anggaplah ayat itu sedang ‘kangen’ dengan kita. Coba pahami ayat secara lebih mendalam lagi, dibaca arti dan tafsirnya.
Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika nggak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.
Menghafal ‘suap demi suap’
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan, bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal pun adalah ketika membaca berulang-ulang.
Besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Menghafal pun demikian, jika ‘amma yatasa alun terlalu panjang, maka cukuplah ‘amma diulang-ulang.
Fokus pada perbedaan, bukan persamaan
Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban. Jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! Maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yang ada di Surah Ar-Rahman.
Sudah hampir separuh surah kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sebelum dan sesudahnya yang merangkai ayat tersebut.
Mengutamakan durasi
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada durasi, bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Serahkan, misal, satu jam kita pada Allah. Syukur-syukur bisa lebih.
Satu jam itu tidak sampai 5 persen dari total waktu kita dalam sehari! Lebih lama dari itu untuk Al-Qur’an, harusnya Sobat bisa dong!
BACA JUGA: Cinta Baca Buku di Era Gadget
Minta seseorang untuk mendampingi
Cari ustaz/ustazah yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘telanjur’ kita hafal akan sulit diubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya).
Jangan biasakan otodidak dalam hal apa pun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, menadaburi, apalagi mengambil hukum darinya. Mintalah seseorang yang lebih paham untuk mendampingi. [Ibnu Majah/Dari Berbagai Sumber]