cerpen remaja

CERPEN REMAJA: “Yang Terpenting Untukku” Karya Faiza Salsabila

Smarteen.co.id – Menjelang Penilaian Akhir Semester Ganjil, teman-temanku mulai sibuk dengan persiapan masing-masing.

Ada yang membentuk kelompok belajar, ada yang pergi ke tempat les, ada juga yang memilih untuk pulang lebih cepat dan melanjutkan belajar di rumah.

Berbeda denganku yang kini sedang berkutat dengan laptop dan berkas-berkas organisasi, padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi.

Sebenarnya akhir-akhir ini aku memang jarang belajar karena merasa jenuh dan itu membuatku belum mempersiapkan apa pun untuk ujian nanti.

Namun, sekarang aku sudah telanjur larut dalam kegiatan organisasi yang menurutku lebih asyik untuk dijalani daripada belajar.

***

“Teman-teman, hari ini Ustazah Shofi sedang berhalangan mengajar, ya. Gantinya, kita mengerjakan latihan soal Fisika untuk mengulas materi-materi yang sudah dipelajari. Latihannya dikumpulkan karena akan dinilai,” ujar ketua kelasku saat jam pelajaran Fisika berlangsung.

cerpen remaja

BACA JUGA: Contoh Cerpen Anak Sekolah: “Kenangan Sang Bidadari”

Aku yang kemarin malam tidak belajar sama sekali, merasa panik ketika menerima lembar soal. Sudah bisa ditebak jika aku kesusahan saat mengerjakan latihan yang diberikan.

Aku hanya bisa menjawab lima dari sepuluh soal, sisanya aku mengarang jawaban. Saat waktu untuk mengerjakan berakhir, dengan berat hati aku mengumpulkan hasil latihanku. Berharap jika nantinya nilai yang keluar tidak seburuk yang kubayangkan.

***

Besoknya ketua kelas menyampaikan pesan jika Ustazah Shofi memintaku untuk menemui beliau di ruang guru.

Mendengar hal itu seketika aku merasa gugup. Karena baru kali ini Ustazah Shofi memanggilku. Biasanya akulah yang menemui ustazah terlebih dahulu karena beliau juga merupakan pembina organisasi di sekolah. Kuingat-ingat, rasanya aku tidak melakukan kesalahan terkait organisasi.

“Mungkin alasan Ustazah memanggilku karena latihan Fisika yang kemarin,” pikirku.

Ternyata benar. Sesampainya di sana, aku sudah disambut dengan lembar latihan soal Fisika milikku yang berada di meja ustazah.

“Bagaimana kabarnya, Mbak Selia? Ustazah boleh bertanya sesuatu?” ujar ustazah begitu aku duduk di hadapan beliau.

BACA JUGA: Cerpen Remaja: “Dengarkan Dulu, Tasya!” oleh Oryza Sativa Ramadhani

Aku mengiyakannya sambil berusaha menutupi rasa gugupku.

“Tidak perlu gugup, Mbak. Ustazah hanya ingin bertanya, apakah kamu ada kesulitan dalam belajar? Karena Ustazah lihat akhir-akhir ini nilaimu turun. Tidak hanya di pelajaran Fisika saja, tapi juga di pelajaran lain. Ini, Selia bisa lihat dulu hasil latihan soal Fisika yang kemarin ya,” ucap Ustazah Shofi sambil memberikan lembar jawabanku.

Ternyata dari sepuluh soal yang kukerjakan, aku hanya berhasil menjawab tiga soal dengan benar.

Kebingungan menjawab pertanyaan Ustazah Shofi membuatku terdiam. Melihat keheningan itu, ustazah kemudian melanjutkan ucapannya.

Beliau mengungkapkan jika kinerjaku sebagai organisator di sekolah sudah bagus. Bahkan aku dipuji sebagai organisator yang disiplin.

Namun, ustazah mengaku sedih jika melihat perkembanganku dalam hal akademik tidak sama bagusnya dengan perkembanganku di bidang organisasi.

BACA JUGA: Cerpen Remaja Tentang Kehidupan Sekolah oleh Aksal Syah Falah

Merasa tidak bisa menyembunyikan apa pun, aku akhirnya dengan jujur menyampaikan apa yang beberapa waktu ini membuatku menunda-nunda belajar.

Setelah mendengar pengakuanku, ustazah berkata jika beliau memahami apa yang aku rasakan. Namun beliau juga menegaskan, jika prioritas seorang pelajar tetaplah belajar.

Walaupun mengembangkan diri di luar ranah akademik adalah sesuatu yang baik, tetap saja kewajibanku sebagai murid di sekolah tidak boleh diabaikan.

“Karena baik organisasi maupun akademik, keduanya sama-sama penting untuk masa depan Mbak Selia,” ujar Ustazah Shofi dengan lembut.

Kemudian beliau menyampaikan apabila ke depan tidak ada perbaikan, sangat mungkin jika nanti aku diberhentikan sementara dari kegiatan organisasi.

BACA JUGA: CERPEN REMAJA: Senja dan Harapan Karya Fatimah Novi Hanggrahini

Tentu saja aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku meminta maaf kepada ustazah dan berjanji untuk memperbaiki kesalahanku. Sesudah percakapan antara aku dengan Ustazah Shofi berakhir, aku kembali ke kelas seraya menguatkan tekad untuk menjadi lebih baik lagi.

Alhamdulillah, usahaku untuk memperbaiki diri membuahkan hasil. Nilai-nilaiku di semua mata pelajaran meningkat dan aku bisa melewati Penilaian Akhir Semester Ganjil dengan lancar.

Melihat hal itu, Ustazah Shofi akhirnya mencabut peringatan yang pernah beliau sampaikan. Hingga saat ini aku tetap melanjutkan kegiatan organisasi sambil menjalankan peranku sebagai seorang pelajar. []

TEEN JOURNALIST
Faiza Salsabila
SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo

About

Check Also

korban bullying

Pengalaman Hidup: Aku Menjadi Korban Bullying

Smarteen.co.id — Cerita ini menggambarkan pengalaman pribadiku. Jujur, aku malas mengingatnya karena hanya menimbulkan sedih …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *