Smarteen.co.id — Aku terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sebagai seorang sulung aku selalu berpikir, bila dewasa nanti aku ingin sukses agar bisa membantu kedua orang tuaku. Setidaknya aku bisa membuat mereka tersenyum bahagia.
Tahun ini, adalah tahun terakhir sekolah untukku, entah apa yang membuatku gelisah, pikiranku tak karuan bila terus terbayang akan ke mana aku nanti? Akan ke mana setelah lulus? Kuliah ke mana? Ah… Rasanya aku pesimis dengan semua itu.
Cita-citaku menjadi dokter cukup membuatku kalut dan mundur dengan harapku. Karena aku berpikir, jelas kedua orang tuaku tak akan sanggup menyekolahkan aku di Jurusan Kedokteran, biayanya sangat mahal, butuh uang berpuluh-puluh juta.
Dalam setiap doaku, aku selalu memohon. Semoga Allah memberikan jalan untukku, yah… setidaknya bila aku tak bisa mendapatkan harapan dan cita-citaku, aku pun rela, asal aku tetap melanjutkan sekolah di ke jurusan lain.
BACA JUGA: KISAH NYATA: Dari Pacaran, Muhasabah, hingga Hijrah
Harapanku, nanti bila aku kuliah, aku ingin belajar sambil bekerja. Entah pikiran dari mana, aku semakin bertekad untuk itu, aku ingin membantu ayah dan ibu. Aku ingin sukses dengan usaha dan doa-doa.
Aku yakin Yang Mahakuasa pasti memberikan jalan untukku. Sebagai seorang sulung dari empat bersaudara, bayangan untuk membantu membahagiakan orang tua itu selalu menghantui siang dan malamku.
Di bulan-bulan terakhirku ini, aku ingin menyiapkan segenap jiwaku untuk hadapi apa yang nanti menjadi haluanku. Rasa ketidaksabaran itu seolah ada, bahkan bayang-bayang sekolah tinggi dan sukses itu tak jarang mengusikku.
Aku ingin memantapkan niat dan tekadku untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya, walau pernah nenekku seolah meremehkanku bila aku ingin meneruskan sekolah ke jenjang selanjutnya, aku mencoba tak pedulikan itu. Walau serasa sakit bila melihat lingkunganku yang seolah ingin hentikan langkahku. Namun, aku tak akan menyerah karena itu.
Hari demi hari aku lalui dengan keuletan, sabar dan selalu bersabar. Tugas-tugas di akhir kelas XII cukup menyibukkan diri, banyak kegiatan, latihan, dan juga persiapan untuk Ujian Nasional (UN). Pun begitu aku tetap mencoba melaluinya dengan rasa enjoy, anggap saja ini adalah akhir dari perjuangan di sekolahku.
Sembari berjalannya hari, aku terus mengorek dan menggali informasi tentang universitas-universitas yang aku bisa tempati nanti. Aku tanyakan pada orang yang berpengalaman, membaca brosur, majalah-majalah, dan menggali informasi lewat browsing internet.
Di masa pencarian ini, aku selalu berdoa semoga Allah tunjukkan jalan terbaik-Nya, mempertemukanku dengan sekolah yang nantinya baik untuk masa depanku. Bismillah, aku yakin Allah memberikan petunjuknya.
Aku akan tetap mengejar tekadku
Dalam benakku, aku seperti berjanji pada diriku sendiri, aku akan sukses nanti, aku akan membuat kedua orang tuaku bangga. Meskipun akan ada banyak hal yang menghalangiku. Aku akan bertekad mengejar kesuksesanku.
Apa pun yang terjadi nanti, aku tetap bertekad, aku pasti bisa membuat mereka bangga. Dengan segenap rasa dan kekuatanku, aku akan beranikan diri untuk membanggakan orang tuaku, walau nantinya aku harus dapati kegagalan yang menghujaniku. Walau aku harus tertatih bahkan terjatuh. Namun aku yakin, aku akan sanggup bangkit lagi.
BACA JUGA: Kisahku di Asrama; Dari Tidak Betah, Suka Membangkang, Hingga Berubah Menjadi Lebih Baik
Kegundahan dan keresahan menyelimuti hatiku, antara takut, bingung, resah. Semua bercampur menjadi satu. Tak ada hal lain yang kulakukan selain berdoa dan yakin akan harapan itu. Yakin, Allah pasti berikan jalan terbaik untukku.
Sobat semua, berusahalah. Bersungguh-sungguhlah, terus mencoba dan jangan pernah takut akan kegagalan. Karena seseorang yang sukses itu, bukan orang yang tak pernah gagal, tetapi mereka yang banyak belajar dari kegagalan. Sobat, buatlah kedua orang tuamu bangga. []
Oleh:
Luthvy Mahmudah,
PPIP Ar Rohmah Bulakrejo, Katikan, Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur.