Smarteen.co.id — Bebuat baik kepada orang lain itu perlu dilakukan. Apalagi kita sebagai manusia yang hidup dalam masyarakat. Kita tidak bisa hidup sendiri, harus saling tolong menolong.
Namun, jangan sampai karena fokus pada kehidupan orang lain, kita justru lupa untuk mencintai diri sendiri. Orang lain pun akan risih, bahkan muak, jika kita campuri urusannya secara berlebihan, pun dengan kita, jika tak mencintai diri sendiri bisa terjerumus pada hal-hal negatif yang merusak diri.
Lantas, bagaimana cara terbaik untuk mencintai diri sendiri? Bersama Nasri Ika Yuliati, M.Psi., Psikolog., seorang Psikolog Klinis, Trainer, Konselor, dan Founder Lembaga Konsultasi Psikologi Remaja Kitakata, sekaligus Coach Tesis Magister Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Smarteen mengulas hal tersebut.
Bagaimana cara mencintai diri sendiri agar tak terpengaruh hal-hal buruk?
Remaja adalah masa di mana seseorang mencari jati diri. Sehingga mereka sering mencari sosok yang sesuai dengan jati diri yang diinginkan.
Kadang, hal ini membuat remaja tidak fokus pada kelebihan dan kekurangan dirinya, tetapi justru fokus pada orang lain atau tren yang sedang berkembang.
Jadi, agar bisa mencintai diri sendiri, kita harus mengenali siapa diri kita. Ini tidak sebatas hafal nama atau ciri fisik yang dimiliki, tetapi mengenali apa kelebihan dan kekurangan kita.
Misalnya dalam hal berpakaian, kita lebih sering mengikuti tren. Apa yang sedang hits, kita ikuti. Padahal, sebenarnya kita nggak nyaman, malu, bahkan ingat bahwa baju-baju model tertentu tidak diperbolehkan dalam syariat.
Namun karena telah menjadi tren, dan kita pengin dilihat orang lain sebagai orang yang mengikuti tren, akhirnya kita mengesampingkan rasa tidak nyaman tersebut. Ini berarti kita tidak mencintai diri sendiri.
BACA JUGA: Jangan Jatuh Cinta, tapi Bangun Cinta!
Apa yang harus dilakukan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri?
Teknisnya, kita bisa membuat tabel yang berisi daftar SWOT kita. Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Untuk lebih sederhanya, kita bisa menuliskan daftar kelebihan dan kekurangan kita.
Nah, dalam proses penyusunan daftar tersebut, setiap kali kita menulis kelebihan atau kekurangan kita, tanyakan pada diri sudah sejauh mana kita paham atas hal tersebut.
Misal kita menulis kelebihan kita adalah senang berbagi ilmu. Tanyakan pada diri sudah sejauh apa kita berbagi ilmu pada orang lain. Apakah orang lain mendapat manfaat dari ilmu yang kita bagikan, dan sebagainya.
Selain itu, kita juga bisa sharing dengan orang terdekat, misal orang tua. Tanyakan pada mereka, apakah daftar kelebihan dan kekurangan yang kita susun sudah sesuai dengan diri kita, berikut alasannya.
Ketika seseorang tahu kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri, maka ia akan lebih mudah untuk menyelesaikan suatu masalah.
Bagaimana agar kita tidak menjadi egois ketika sedang berupaya mencintai diri sendiri?
Mencintai diri itu tidak serta-merta hanya berarti aku mencintai diriku, aku menyayangi diriku. Cinta berarti mau berbagi, mau membantu orang lain, memberi manfaat bagi orang lain.
Kita harus ingat bahwa ketika sudah mencintai diri sendiri, berarti diri kita harus memberi manfaat pada orang lain. Tahap di mana kita dikatakan telah mencintai diri sendiri adalah ketika kita sudah bisa berguna bagi orang lain.
Ketika ada orang yang memberi komentar negatif pada kita, padahal kita merasa tidak demikian, bagaimana cara menyikapinya?
Untuk menyikapi hal seperti ini, yang terpenting adalah mengubah mindset. Sebab mindset kebanyakan dari kita selalu fokus pada apa yang dikatakan orang. Mengapa tidak kita ubah menjadi, “Terserah orang komentar apa, kita fokus pada pengembangan diri.”
BACA JUGA: Tahapan Cinta Luar Biasa
Kenapa ada istilah ‘rumput tetangga tampak lebih hijau’, karena kita fokus melihat rumput tetangga, sehingga tidak merawat taman kita, dan akhirnya menjadi gersang.
Perlu dipahami, kita mau berbuat apa pun, entah baik atau buruk, pasti akan ada orang-orang yang mengomentari. Mereka selalu mencari celah untuk melihat keburukan kita.
Jadi kita harus menanamkan mindset untuk tidak mudah terbawa oleh omongan orang lain. Mungkin awalnya susah, karena kita adalah manusia yang memiliki sifat sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, dengan banyak belajar pasti akan berakhir baik. []