Jago Life Hacks

Solo – Di antara Sobat Smarteen pasti ada yang punya celana jins kesayangan, tetapi risletingnya sering turun sehingga bikin malu, atau mungkin karet sandal putus padahal sandalmu masih bagus dan terlalu sayang untuk dibuang. Sekarang Sobat Smarteen bisa mengucap selamat tinggal kepada masalah tersebut. Dengan sedikit kreativitas, kamu bisa selamat dari ‘kondisi darurat’ denga cara-cara sederhana dan menggunakan benda-benda yang ada disekitarmu.

Banyak sekali benda-benda disekitar kita yang bisa kita sulap menjadi hal-hal yang tidak terduga. Misalnya, kamu bisa menyiasati risleting yang turun dengan menggunakan ring gantungan kunci yang dikaitkan pada kancing celana dan untuk karet sandal yang putus kamu bisa mengaitkan peniti atau klip kertas berukuran besar pada karet sandal bagian belakang.

Jalan pintas menciptakan alat, memanfaatkan benda di sekitar, atau mencari alternatif dalam memecahkan masalah ini populer dikenal dengan istilah life hacks. Zaman sekarang ada banyak life hacks yang bisa dikuasai oleh para remaja untuk mempermudah suatu hal.

Dalam Kamus Oxford (Oxford Dictionary), life hacks diartikan sebagai ‘a strategy or technique that you use in order to manage your time and daily activities in a more efficient way’ dalam bahasa Indonesia berarti ‘sebuah strategi atau teknik yang  digunakan untuk mengatur waktu dan aktivitas sehari-hari dengan cara yang lebih efisien’. Life hacks juga diartikan sebagai istilah yang diberikan untuk sekumpulan tips atau jalan pintas menyelesaikan masalah sehari-hari, agar kita sebagai manusia lebih produktif.

Kreatif menyiasati keterbatasan sering juga dilakukan oleh anak kos ataupun para santri di pesantren. Life hacks yang mereka praktikkan pun sangat beragam dan biasanya dimulai dari hal-hal kecil. Life hacks yang sering kita temui di pondok pesantren di antaranya membuat roti bakar dengan setrika, membuat parfum dari pelembut pakaian dan air, memasak mi langsung dari kemasannya, dsb.

Elisa, alumni salah satu pondok pesantren di Pulau Jawa, mengaku sering mempraktikkan life hacks di kehidupan hariannya dulu sebagai santri. Di pondok pesantren, para santri terbiasa dengan fasilitas yang terbatas dan memang sengaja dibatasi agar fokus dalam menuntut ilmu. Barang-barang yang diperbolehkan dibawa di pondok adalah barang-barang yang semestinya santri bawa, seperti peralatan mandi , peralatan makan , peralatan sekolah, dan lain lain. Sebaliknya, peralatan yang tidak boleh dibawa adalah handphone, radio/alat-alat elektronik lain, benda tajam, skincare, make up, dst.

“Karena di pondok terbatas tidak boleh membawa barang ane- aneh, tapi alhamdulillah bisa memanfaatkan barang yang seadanya. Misal pengen roti bakar nih, roti tawar atau roti apa saja kita taruh di atas setrika dengan tingkat kepanasan yang sedang aja. Kadang kita buat roti bakar setelah selesai nyetrika atau pas lagi santai-santai. Ada juga buat Milo jadi permen. Caranya bungkus Milo saset  yang masih ada isinya ditusuk pakek jarum di seluruh bagian bungkusnya bagian depan ataupun belakang. Setelah itu, siapkan kertas 2 lembar kemudian masukan Milo saset yang sudah di kasih lubang tadi ke dalam kertas kemudian tumpuk lagi dengan kertas satunya, fungsinya biar ketika Milo disetrika serbuk-serbuk Milo tidak menempel pada setrikanya. Setrika Milo sebentar saja dibolak-balik , setelah merasa cukup/agak lembek kemudian diamkan sebentar sampai Milo mengeras, dan permen Milo tinggal dimakan,” ungkap Elisa.

Dalam pengakuan Elisa yang nyantri dari SMP-Perguruan Tinggi saat ini, kehidupan di pondok pesantren yang seperti itu justru yang mampu mengasah kreativitasnya. Menurut Elisa, menjadi pribadi yang kreatif itu sangatlah penting karena bisa dengan mudah mengatasi kesulitan dalam kondisi apapun dan dimanapun.

 

Senada dengan yang dilakukan Elisa, dalam forum  Quora (id.quora.com), salah satu akun bernama Julia Afni Sitorus juga berbagi berbagai life hacks yang ia praktikkan saat menjadi santri. Dari mulai tempat minum raksasa, trik antre mandi, membuat label nama, menghias lemari, sampai life hacks menyusun pakaian di lemari.

“1) Percantik lemari kayumu dengan menempelkan kertas kado di bagian dalamnya. Ini akan membuat lemari terlihat lebih indah dan berwarna-warni. Pilih motif yang serupa agar serasi. Kalian bisa juga menambahkan aksesori berupa gantungan kunci yang lucu di setiap perbatasan rak. 2) Saat menyetrika, cetak lipatan pakaian dengan sebuah buku. Letakkan buku tipis/majalah di bagian belakang, lempit sisi kanan dan kiri, lipat dari bawah, terakhir tarik buku dari atas. Ini akan membuat lipatan pakaian hampir sama besar dan lebih rapi saat di susun. Letakkan pakaian yang paling besar di bagian bawah. Dulu, saat kuliah, teman saya yang dari sekolah umum bingung melihat saya saat menyusun pakaian berdasarkan ukuran lipatan. 3) Jika lemari kecil, kalian bisa taruh buku di bagian paling atas. Jangan lupa beri pembatas buku supaya buku bisa berdiri. Susunlah berdasarkan tingginya.,” tulis Julia di postingannya.

 

Menumbuhkan Jiwa Kreatif

Kondisi terbatas memang sering kali mampu melahirkan orang-orang kreatif. Kreativitas menjadi tuntutan para individu, kelompok kerja, dan oraganisasi baik pada level taktis, operasional, maupun strategis. Kreativitas juga bisa menjamur ketika difasilitasi dengan baik dan diberi ruang lebih untuk berekspresi. Hal itu yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Abi Ummi, Boyolali. Ustaz Amron Yuflaeli, staf pengajar PPTQ Abi Ummi, menyampaikan bahwa di PPTQ Abi Ummi beberapa mata pelajaran dipraktikkan secara aplikatif oleh para santri. “Beberapa waktu yang lalu, para santri bikin sabun cuci sendiri. Pokoknya praktik dari pelajaran kimia dan fisika,” tutur Ustaz Amron.

Selain itu, ketika ada agenda-agenda yang membutuhkan kreativitas seperti pentas drama, para santri tetap mampu memanfaatkan barang-barang yang mereka miliki sebagai properti. Lebih lanjut Ustaz Amron menyampaikan dirinya merasa takjub dengan penampilan drama yang disajikan para santri yang totalitas, walaupun mereka mengonsep drama dengan sederhana.

“Dengan keterbatasan sarana, mereka bisa, malah bikin sesuatu yang kreatif. Saya juga heran, ternyata mereka bisa. Berbagai life hacks di pondok pesantren, jika dipraktikkan bisa mengasah diri para santri untuk bisa survive dan menjadi problem solver untuk lingkungan terdekat,” ungkap Ustaz Amron.

Ustaz Amron melanjutkan bahwa dalam keseharian, para santri juga cenderung tangguh, tidak lembek, dan tidak manja. Misalnya dalam kegiatan kemah, mereka lebih tahan banting, tidak mudah menyerah, dan tidak mudah mengeluh.

Keterbatasan dan kesederhanaan di pondok pesantren adalah latihan untuk terjun ke dunia yang sebenarnya setelah lulus nanti. Bahwa tidak semua hal bisa tersedia dengan mudah, harus ada inovasi dan ide kreatif jika ingin bertahan. [Anisah Sholichah]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

About

Check Also

Merayakan Kemerdekaan ke-79 ala Generasi Muda

Smarteen – Tujuh puluh sembilan tahun telah berlalu sejak Bapak Proklamator, Ir. Soekarno, membacakan naskah Proklamasi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *