Smarteen.co.id — Pada 2018 lalu, menurut data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia didominasi oleh para pemuda. Banyak anak muda yang kecanduan internet, Sob.
Dari 143,26 juta pengguna internet, sebanyak 16,68% adalah pemuda usia 13-18 tahun, 49,52% usia 19-34 tahun, dan sisanya adalah mereka yang berusia di atas 35 tahun. Artinya, kita termasuk pengguna internet yang cukup aktif.
Dalam realitas, jarang sekali kita jumpai remaja tanpa gadget di genggamannya. Di mana pun, mereka selalu memainkan smartphone. Saat sendirian ataupun saat bersama kawan-kawan, layar smartphone adalah objek yang paling diperhatikan.
Internet telah menjelma menjadi ‘kebutuhan pokok’ yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kalangan milenial. Bahkan, cukup sering muncul kasus, di mana para remaja justru lebih mementingkan ‘kuota’ dan dunia maya daripada dunia nyata. Inilah bukti bahwa sudah banyak remaja yang kecanduan internet.
Internet Ibarat Dua Sisi Mata Pisau
Sobat tentu sudah paham benar bahwa internet hadir dengan segala dampaknya. Baik yang positif maupun negatif. Menurut Ustaz Adi Hidayat, Lc., M.A., sebagaimana dalam ceramahnya yang dibagikan di YouTube, internet merupakan media yang bisa digunakan untuk meraup amal kebaikan, tentunya jika digunakan secara bijak.
“Misalnya Anda sedang belajar soal keutamaan salat lima waktu, kemudian Anda membagikan hasil belajar tersebut di Facebook. Lalu, ada orang yang melihat status Anda tentang hal itu, dan dia mengamalkannya, maka setiap kali ia menjaga amalannya, Anda pun juga akan mendapat pahala,” ujarnya.
Hal tersebut, sejalan dengan sabda Rasulullah Saw, “Barang siapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan, kemudian diamalkan oleh orang lain, maka ia (penunjuk) mendapatkan pahala serupa dengan yang mengamalkan, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang mengamalkan.” [H.R. Muslim]
Masya Allah. Demikian luar biasanya internet bila digunakan dengan cara yang tepat. Seseorang bisa berbagi kebaikan, tanpa harus bersusah payah keluar dari rumah. Sekadar ‘bermain’ dengan tuts-tuts keyboard atau layar smartphone saja, dakwah bisa dilakukan.
Lebih luar biasa lagi, audiensi kita begitu tak terbatas—bisa siapa saja dan di mana saja, asal memiliki akses internet. Tentu hal ini memungkinkan kita untuk meraup pahala sebanyak-banyaknya.
BACA JUGA: Trik Menghemat Kuota Internet Agar Pemakaian Internetmu Nggak Jebol
Namun, sayang seribu sayang. Tidak semua warganet dapat menggunakan internet pada ‘jalan yang lurus’, sebab internet memang ibarat dua sisi mata pisau. Ketika digunakan dengan baik, pasti akan memberikan keuntungan yang luar biasa, begitu pula jika salah digunakan, saat seseorang sampai pada tahap kecanduan internet, pasti akan melahirkan banyak kerugian. Dan, di mana ada orang-orang yang ‘sukses’ menggunakan internet, pasti ada pula mereka yang ‘gagal’.
Hukum yang Berlaku di Internet
Sobat tentu tahu bahwa belakangan ini banyak orang yang kemudian berakhir di balik jeruji besi akibat kecerobohannya dalam menggunakan internet, lebih khusus media sosial (medsos).
Mereka menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, atau bahkan melakukan pencemaran nama baik, dan sebagainya. Semuanya hanya dilakukan via layar pepat yang terhubung dengan dunia maya. Efeknya, mampu ‘mengubah masa depan’. Mudah-mudahan Sobat Smarteen bukan kelompok netizen yang kerap melakukan aktivitas-aktivitas unfaedah ini, ya!
Melihat fakta ini, sesungguhnya jika kita cermati lebih dalam, hukum yang berlaku di dunia nyata maupun maya tidak begitu jauh berbeda. Ketika kita melakukan kebaikan di dunia nyata, kita akan mendapat balasan kebaikan—entah dengan cara seperti apa.
BACA JUGA: Tips Menebar Kebaikan Lewat Media Sosial dengan Konten Kreatif ala FuadBakh
Pun saat kita melakukan tindak kejahatan, kita akan mendapat hukuman yang setimpal. Itu pula yang terjadi di dunia maya, sebab pada dasarnya semua dilakukan oleh manusia.
Dalam Alquran Surah Al Ahzab ayat 58, Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Tingkat Verifikasi Netizen Kecanduan Internet Rendah
Dalam sebuah studi yang dilakukan di Inggris pada 2018 lalu, ditemukan bahwa remaja memiliki budaya penggunaan medsos yang sangat dangkal. Studi menemukan bahwa remaja menghabiskan waktu selama 12 jam untuk berselancar di dunia maya, khususnya di sejumlah platform medsos.
Namun ironisnya, selama 12 jam bergulir, remaja hanya membuka laman-laman medsos dan melihat satu konten hanya dalam hitungan beberapa detik. Waktu yang sangat singkat untuk mencermati esensi dari sebuah konten.
Studi ini sekaligus menunjukkan bahwa tingkat verifikasi netizen yang kecanduan internet terhadap informasi yang diperoleh di medsos begitu rendah. Beberapa di antara kita mungkin juga kerap melakukannya. Kita membuka-buka medsos, tetapi tidak fokus dengan apa yang ada di sana. Bayangkan, fokus saja tidak, apalagi melakukan verifikasi atas informasi yang diperoleh. Alhasil, banyak di antara kita yang justru terpapar informasi bohong di media maya.
Hal ini tentu menjadi persoalan serius yang mesti segera ditangani. Jika tidak, berbagai dampak berbahaya dapat segera mengintai. Salah satunya adalah rentan menjadi korban kejahatan di dunia maya.
Remaja Rentan Jadi Korban Kecanduan Internet
Dilansir republika.co.id, anak-anak dan remaja yang banyak beraktivitas di dunia maya, sampai kecanduan internet, rentan menjadi korban kejahatan. Hal itu, menurut Pakar Komunikasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, disebabkan remaja memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi di dunia maya, tetapi mereka tidak mampu mengimbanginya dengan pengalaman dan pengetahuan yang memadai.
“Sehingga, anak-anak dan remaja mudah terjebak dalam rayuan tidak rasional dari produk, aktivitas, dan perkenalan di dunia maya,” ungkapnya.
Belum lagi, menurut tempo.co, ada banyak remaja yang menggunakan medsos untuk mencurahkan isi hati tanpa memedulikan dampak yang akan timbul. Perilaku ini jelas dapat mengundang orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melancarkan aksi bulusnya dengan memanfaatkan informasi seputar kehidupan pribadi korban yang telah diumbar sendiri.
BACA JUGA: Bahaya Kecanduan Game Online dan Cara Mengatasinya
Akhirnya, semua perilaku tak bijak saat berinteraksi di dunia maya akan menimbulkan dampak negatif. Termasuk ketika seseorang kecanduan internet atau dunia maya. Akan banyak aktivitas yang terabaikan, yang pada akhirnya justru merugikan diri sendiri—atau bahkan juga orang lain.
Misalnya menjadi sosok asosial, terpapar radiasi buruk dari gadget yang digunakan—yang tentu akan berpengaruh pada kondisi kesehatan, baik fisik maupun mental, dan berbagai dampak lainnya.
Sebagai remaja, kita sesungguhnya cukup mampu menilai atas apa yang kita lakukan. Kita pun mampu mengetahui kapan harus melakukan suatu hal, dan kapan harus berhenti. Oleh sebab itu, mari bentengi diri dengan tameng terbaik dari pengaruh kecanduan internet yang begitu menggoda. It’s okay to be active in cyberspace, but don’t forget the real world. Semua harus seimbang. []