Asal Muasal Tahun Hijriah

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu….” [Q.S At-Taubah (9): 36]

Smarteen.co.id — Sobat Smarteen, seperti yang diketahui bersama, kita mengenal dua jenis kalender, kalender hijriah dan kalender masehi. Keduanya masih sama-sama digunakan sampai sekarang. Meskipun sama-sama memiliki 12 bulan dalam satu tahun, tetapi keduanya tetap memiliki perbedaan.

Kalender Hijriah, penentuan dihitung berdasarkan peredaran bulan. Sedangkan kalender masehi dihitung berdasarkan peredaran matahari. Untuk hari, kalender hijriah dalam sebulan adalah 29 dan 30 hari. Sedangkan kalender masehi, jumlah hari dalam sebulan adalah 28, 29, 30, ataupun 31.

Kalender hijriah sebenarnya telah digunakan oleh orang-orang Arab sebelum masa kerasulan. Seperti halnya nama-nama bulan yang telah ada lebih dulu. Hanya saja, saat itu orang Arab belum menggunakan nama tahun.

BACA JUGA: Penjelasan Ilmiah Kisah Ashabul Kahfi yang Tetap Bugar Setelah Tertidur Ratusan Tahun

Mereka menggunakan nama berbagai kejadian yang terjadi di tahun itu untuk menyebut nama tahunnya. Sebagai contoh, Nabi Muhammad Saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal pada tahun gajah. Disebut tahun gajah karena saat itu ada perang melawan pasukan Raja Abrahah yang mengendarai gajah.

Ketiadaannya nama tahun pada zaman itu berlangsung lama. Hingga kemudian, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, pemberian nama tahun dibuat. Saat itu juga, penetapan kalender hijriah dibuat.

Ya, di tahun ketiga menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab Ra mendapatkan kiriman surat dari Gubernur Bashrah, Abu Musa Al Asy’ari yang berisi;

“Telah datang kepada kami beberapa surat dari Amirul Mu’minin, sementara kami tidak tahu kapan kami harus menindaklanjutinya. Kami telah mempelajari satu surat yang ditulis pada bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini atau tahun kemarin.”

Mendapati surat itu, Khalifah Umar berinisiatif mengumpulkan sejumlah sahabat untuk bermusyawarah membahasnya. Di antara sahabat yang hadir adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah Ra.

Dalam musyawarah tersebut, ada banyak usulan dari sahabat seperti; tahun Islam mengacu pada tahun Bangsa Romawi. Namun, usulan ini tidak diterima karena tahun Bangsa Romawi sudah terlalu tua.

Ada juga yang mengusulkan tahun Islam berdasarkan tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw, tahun ketika Nabi Saw diutus, tahun hijrahnya Nabi Saw, dan tahun ketika beliau wafat.

BACA JUGA: KISAH NYATA: Dari Pacaran, Muhasabah, hingga Hijrah

Usulan pertama, tahun Islam dimulai dari tahun kelahiran atau diutusnya Nabi Saw ditolak. Hal ini karena masih adanya perdebatan tentang hal itu.

Usulan dimulainya tahun Islam dari tahun kematian Nabi Saw juga ditolak karena akan  menimbulkan kesedihan bagi umat Islam.

Sampai akhirnya, usulan Ali bin Abi Thalib lah yang diterima, yaitu masa hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah. Sejak saat itu, tahun Islam ditetapkan. Sementara nama bulan pada kalender hijriah diambil dari nama bulan yang sudah ada sebelumnya pada masa pra kerasulan. []

About admin

Check Also

Merayakan Kemerdekaan ke-79 ala Generasi Muda

Smarteen – Tujuh puluh sembilan tahun telah berlalu sejak Bapak Proklamator, Ir. Soekarno, membacakan naskah Proklamasi …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *