Smarteen.co.id — Sobat ingin tahu cara belajar bisnis sejak remaja? Semakin dini mengasah skill bisnis, semakin siap ketika suatu saat bertemu kesempatan.
Membahas dunia bisnis, kali ini Smarteen berbincang bersama Kak Wiwin Carana, pebisnis di bidang kuliner dan tekstil sekaligus salah seorang pendiri gerakan “Indonesia Bangkit dari Masjid”, bangkitdarimasjid.com. Sebuah gerakan dakwah yang berfokus pada pendidikan berwirausaha. Remaja pun bisa gabung dalam gerakan ini di kelas bisnis yang telah disiapkan. Yuk simak perbincangan selengkapnya!
Sebagai remaja, lebih prioritas berhemat atau berani keluar modal untuk bisnis?
Kalau remaja, hemat harus, tidak beli barang yang memang dia tidak butuh. Remaja tidak harus membangun bisnis, cukup belajar melakukan jual beli, karena kewajiban utamanya sekolah. Karena kalau bisnis secara umum terlalu kompleks, ngomongin marketing, Human Resource Development (HRD), branding, dan sebagainya.
Rasululullah Saw sebelum punya usaha sendiri beliau ikut jualan kafilah dagangnya Khadijah. Jadi yang harus dipelajari remaja adalah belajar menjual dulu.
Skill menjual, itu yang utama. Belajar menjual barang yang paling gampang dia dapatkan, paling cepat dia keluarkan, dan tidak perlu modal banyak.
Bisa jadi broker atau menjualkan barang orang lain dulu. Kalau mau menyetok barang ya yang murah dulu, dan fast moving—atau yang paling cepat perputarannya.
BACA JUGA: Tips Sukses di Usia Muda ala Setia Furqon Kholid
Dari usia berapa harus belajar jualan?
Dari kecil. Anak saya SD saya ajari jualan. Jualan yang kecil-kecil dan fast moving, seperti permen, jeli, pensil, penghapus, dan sebagainya.
Kalau berpikir, harus punya modal dulu, ya nggak jalan. Kalau berpikir saya berhemat dengan menabung agar punya modal baru membuka usaha, juga nggak jalan. Maka seorang remaja muslim harus punya banyak teman yang positif. Bisnis itu jalan kalau punya networking yang luas.
Tidak harus jualan barang, bisa jualan jasa. Kalau kita punya keterampilan, jual keterampilan itu, mengajar les misalnya.
Lakukan apa yang paling gampang untuk dilakukan dulu, jangan berpikir besar kecilnya hasil karena goal-nya adalah kita punya skill menjual. Kalau skill ini udah ahli, seiring berjalannya waktu, apa pun peluang yang masuk bisa kita ‘jual’ atau manfaatkan.
Seberapa penting seorang remaja muslim harus belajar berbisnis?
Kalau ngomongin remaja muslim, kita mencontoh Rasulullah Saw. Rasul mengatakan 10 pintu rezeki yang 9 itu dari pintu bisnis. Tinggal bagaimana kita melihat peluang ini.
Orang-orang terkaya di dunia ini pengusaha semua. Saatnya kaum muslimin itu kaya, berdaya. Kalau tidak, kita diremehkan. Motivasinya harus seperti itu. Kita bisnis, kita berhasil itu tak sekadar untuk kita, tetapi untuk orang lain.
Bagaimana menyampaikannya jika keluarga kurang sepakat saat seorang remaja belajar berbisnis?
Pertama, sampaikan hadis di atas. Kemudian tentang orang-orang yang terkaya itu kebanyakan dari pengusaha.
Kedua, sampaikan bahwa kita tidak ingin merepotkan orang tua, ingin belajar mandiri. Kita ingin meng-upgrade kapasitas kita. Dari belajar dagang, kita bisa belajar banyak skill, komunikasi, negosiasi, dan sebagainya.
Ketiga, kita ingin menghemat uang. Dengan belajar berbisnis, justru semakin kita tahu tentang uang, tahu tidak gampang mendapatkan uang, maka kita akan hemat.
BACA JUGA: Ustaz Adi Hidayat Sarankan Hal Ini buat Pemuda Muslim Zaman Now untuk Raih Cita-citanya
Bagaimana mengatasi ketakutan-ketakutan memulai bisnis?
Mulai dari menjual barang yang sedikit dulu. Agar merasakan bahwa jualan itu gampang. Kemudian harus dipahami, bahwa bisnis itu ke depan pasti ada tantangannya.
Jalan meraih keberhasilan itu sepaket dengan tantangannya. Jadi jangan menganggap bahwa bisnis itu harus selalu berhasil. Kerugian itu sebenarnya keuntungan yang tertunda, kita sedang belajar, jangan takut!
Apa pesan untuk remaja sekarang?
Milikilah cita-cita menjadi penggerak kebaikan. Dengan kita ada, orang-orang jadi baik. Jika kita hanya berpikir, misalnya; aku kerja jadi pegawai di Dinas Pajak, jadi PNS, agar kita kaya dan bahagia, sampai di situ saja, itu sepele sekali. Hanya untuk dirinya sendiri. Jadi, sukses yang sebenarnya itu untuk umat, untuk Islam. Maka harta dan kebahagiaan akan menyertai kita. [Tim Smarteen]