Smarteen.co.id — Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing.” (H.R. Muslim)
Mengutip dari rumaysho.com, Al Qadhi ‘Iyadh sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi, maksud hadis di atas yakni Islam bermula dari sedikit orang (asing), lalu menyebar dan besar. Kemudian surut dan kembali asing, sebagaimana awalnya. Umat Islam banyak, tetapi sedikit yang mau menjalankan syariat Islam itu sendiri.
Rasululah Saw bersabda, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seorang bertanya, “Apakah saat itu jumlah kami sedikit, Ya Rasulullah?”
“Tidak. Pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn.”
Seorang bertanya, “Apakah penyakit Al Wahn itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut kematian.” (H.R. Abu Dawud)
Bangkitnya Islam
Meskipun Islam kembali asing dan di akhir zaman jumlah umatnya bagaikan buih di lautan, Allah Swt telah berjanji dalam Al-Qur’an Surah An-Nuur ayat 55 akan meneguhkan agama-Nya. Terkait kapan waktunya, tidak ada yang mengetahui kecuali hanya Allah Swt saja.
BACA JUGA: 10 Karakter yang Harus Dimiliki Pemuda Agar Bisa Berprestasi
Rasulullah Saw telah memberikan tanda-tandanya. Beliau Saw bersabda, “Al-Mahdi akan datang setelah munculnya Panji-Panji Hitam dari sebelah timur yang mana pasukan itu selalu tidak pernah kalah dengan pasukan mana pun.” (H.R. Ibnu Majah)
Siapa pembawa panji-panji hitam dari timur itu? Wallahu’alam. Beberapa sumber menyebut, timur di sini ada dua versi, yakni Timur Tengah atau pun timur jauh, yakni Asia Tenggara. Jika Asia Tenggara, maka mengacu pada Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, maupun Timor Leste.
Terkait hal ini, ada sebuah percakapan menarik antara Salim A Fillah dengan Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil ketua Rabithah ‘Ulama Palestina, seperti yang Smarteen kutip dari salimafillah.com.
“Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agama-Nya ini ke siapa yang dipilih-Nya di antara hamba-Nya, Dia genapkan untuk mereka syarat-syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan kejayaan itu.”
Mulanya, Allah memilih kejayaan Islam dibawa oleh Bangsa Arab yang dipimpin Rasulullah dan para sahabat hingga Daulah ‘Umawiyah. Lalu saat Daulah Umawiyah menyimpang, Allah cabut amanah itu. Masa berikutnya, Allah memilih Bangsa Persia. Dari arah Khurasan mereka datang menyokong Daulah ‘Abbasiyah.
Lalu ketika Bangsa Persia berpaling dan menyimpang, Allah cabut amanah itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya.
BACA JUGA: Mengucap “Insya Allah” Saat Berjanji pada Teman Non-Muslim, Apakah Boleh?
Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada orang-orang Mamluk. Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah memindahkan amanah itu pada Bangsa Turki; ‘Utsman Orthughrul dan anak turunnya, serta khususnya Muhammad Al Fatih. Ketika Daulah ‘Aliyah ‘Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah itu.
“Dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain lagi untuk memimpin penjayaan Islam.”
“Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecokelatan, lagi berhidung pesek, yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini.”
“Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam.”
“Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tetapi barangkali kami, para pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan. Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian datang. Bersabar hingga kita bersama salat di Masjidil Aqsha yang merdeka insyaAllah,” pungkas Dr.Abu Bakr. Wallahu’alam. [Dari Berbagai Sumber]