Oleh:
Ustaz Amin Rois, Lc.
Alumni Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir
Smarteen.co.id — Abu Nawas terlihat sibuk mondar-mandir di taman depan rumahnya yang terang. Sesekali dia membungkuk sambil menyibak rumput dan tanaman. Dia mencari kuncinya yang hilang. Tahu tentang hal itu, seorang tetangga pun iba dan ikut mencari kunci bersamanya.
Beberapa jam sudah berlalu namun belum juga ketemu. Akhirnya tetangga Abu Nawas pun bertanya, “Hei Abu Nawas, sebenarnya kuncimu jatuh di mana?”
Dengan ekspresi khas yang datar dan lugu, Abu Nawas menjawab, “Kunciku jatuh di gudang.” Hmm… Sambil menggerutu si tetangga berkata, “Kalau kuncimu jatuh dan hilang di gudang, kenapa kau cari di taman?”
Lagi-lagi Abu Nawas menjawab polos, “Aku mencari kunciku di taman karena terang dan ada lampunya. Sedangkan di gudang gelap dan tidak ada lampunya.”
Sobat, Abu Nawas memang terkenal sebagai sosok yang kocak, humoris, gokil, tapi juga sekaligus satire dan penuh hikmah. Melihat Abu Nawas juga bisa diartikan melihat kebodohan diri kita sendiri. Kepada kisah ini, kita juga bisa berkaca bagaimana kita diajak jujur dengan kondisi diri kita sendiri.
Di antaranya adalah kisah “kehilangan sesuatu, dan di mana kita harus mencarinya.” Sementara ini disadari atau tidak, semua manusia sedang mencari sesuatu. Sesuatu yang—menurutnya—hilang tersebut bisa berwujud kebahagiaan, harta, karier, atau jodoh. Maka segala cara pun dilakukan.
Ada yang melampiaskan pencariannya dengan kebaikan sesuai petunjuk Allah, tetapi ada kala orang mencari kehilangannya dengan sesuatu yang buruk.
BACA JUGA: Menjadi Baik itu Harus Kuat, Tidak Seperti Cerita Klasik Sinetron
Ternyata, yang lebih penting dari itu semua adalah tempat di mana kita mencari. Bahwa cara pencarian berbanding lurus dan disesuaikan dengan tempat kehilangan.
Mari kita mendeteksi diri kita sendiri, apa yang hilang dari diri kita. Seberapa banyak kadar kehilangan yang luput dari kita. Apakah sesuatu yang hilang itu merupakan hal primer dalam kehidupan dan beragama, atau sesuatu yang hanya tersier.
Kemudian, setelah semua itu terdiagnosis, maka carilah di tempat Allah berada. Di dalam kitab suci-Nya, di celah-celah sabda Rasul-Nya, dan tidak menutup kemungkinan serpihan-serpihan pencarian itu ada di sekeliling kita. Selamat mencari, semoga ketemu ya, Sobat.[]