Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ustaz, Kalau saya bersedekah, lalu ternyata uang/harta yang saya sedekahkan digunakan untuk hal yang tidak baik, apakah saya ikut berdosa? Perlukah mengontrol penyaluran harta yang disedekahkan? Sejauh mana kita harus mengontrolnya? Apakah sampai harus tahu harta itu digunakan untuk apa? Atau jika sudah bersedekah, ya sudah, setelah itu bukan urusan kita lagi? (Haikal, Sragen)
Diasuh oleh:
Ustaz Tri Bimo Soewarno, Lc., M.S.I.
Ustaz dan Pengajar di MAN 1 Surakarta
Smarteen.co.id — Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Sobat, sedekah atau infak yang berarti mengeluarkan harta untuk maslahat umat/agama, di luar zakat, merupakan perkara agung yang dianjurkan syariat. Dalam penggalan hadis yang di-takhrîj Imam Bukhari, Rasul bersabda, “Hindarkan diri kalian dari api neraka walaupun dengan (sedekah) setengah kurma.”
Rasulullah Saw senantiasa memotivasi para sahabatnya untuk bersedekah, tanpa kecuali. Bilal bin Rabah, sang muazin Rasul, adalah salah satu sahabat yang dikenal fakir. Namun, Rasul tetap memerintahkan kepadanya untuk bersedekah. Beliau bersabda, “Wahai Bilal, berinfaklah dan jangan khawatir Allah akan mengurangi hartamu dengan sedekahmu.” Bilal pun merespons baik perintah Rasul.
Secara hitungan matematis, sesuatu yang dikeluarkan akan mengurangi kuantitas sesuatu tersebut. Namun, rumus ini tidak berlaku dalam sedekah. Allah janjikan dalam beragam firman-Nya, bahwa siapa pun yang bersedekah akan dilipatkan balasannya.
Sedekah sebagaimana dijelaskan dalam berbagai nas syar’i juga akan menghapus dosa, menghadirkan perlindungan Allah kelak di yaumal qiyâmah, menghindarkan sû’ul khâtimah, dan mendatangkan berbagai manfaat istimewa lain.
Kuatkan Keikhlasan Setelah Bersedekah
Sobat Smarteen, pada prinsipnya kita sebagai manusia hanya dibebani untuk menilai sesuatu secara dzahir. Para ulama sering kali menyampaikan pesan, “Sesungguhnya kita menghukumi sesuatu yang kasat mata, dan Allah-lah yang menangani berbagai rahasia—yang tak tergapai indra.” Karenanya, terkait sedekah, yang pertama kali harus kita kuatkan adalah keikhlasan kita saat bersedekah. Selanjutnya, kita pilih objek penerima sedekah.
Kala kita amati, objek yang kita tuju layak mendapatkan sedekah, maka saat kita tasharruf-kan sebagian harta kita untuknya, insyaAllâh kita akan mendapatkan reward (pahala) dari Allah. Andaipun penerima sedekah menggunakan harta tersebut untuk sesuatu yang tidak benar, maka itu menjadi tanggung jawabnya, dan kita tak terimbas dosa dari perbuatan buruk yang ia lakukan. Kita tak dibebani untuk mencari tahu pasti, apa yang kita sedekahkan akan ia gunakan untuk apa.
BACA JUGA: Membuat dan Menyebarkan Konten Video Horor, Bagaimana Hukumnya?
Jika objek penerima sedekah adalah seorang yang belum stabil, dan masih mencampuradukkan ketaatan dan kemaksiatan dalam dirinya, maka kita pesankan padanya agar menggunakan harta sedekah untuk hal-hal positif. Kewajiban kita hanya sampai titik ini.
Bersedekah kepada Orang Baik yang Membutuhkan
Berbeda halnya, jika objek penerima sedekah adalah seorang pecandu maksiat, yang dikenal tidak amanah, dan selalu menggunakan apa yang ia miliki atau yang ia terima dari orang lain untuk bermaksiat, maka dalam konteks ini lebih baik sedekah kita alihkan kepada orang lain yang secara dzahir lebih baik dan amanah.
Sobat, dalam salah satu hadis riwayat al-Bukhari, Rasulullah mengisahkan tentang seorang laki-laki yang ingin bersedekah secara diam-diam. Ternyata harta yang ia sedekahkan diterima objek penerima yang tidak tepat. Pada malam pertama laki-laki tersebut bersedekah kepada pencuri, malam kedua kepada pezina, dan malam berikutnya kepada seorang yang kaya raya.
Ia tak habis pikir, mengapa sedekahnya pada 3 malam berturut-turut tidak tepat mengenai sasaran. Akhirnya kala ia tertidur, ia mendengarkan suara yang menginformasikan bahwa sedekahnya diterima Allah.
BACA JUGA: Amal Baik dan Kompensasinya di Bulan Ramadan
Laki-laki sang praktisi sedekah tak pernah tahu pada awalnya, bahwa 3 orang yang ia sedekahi adalah pencuri, pezina, dan orang kaya. Namun karena keikhlasannya yang begitu kuat, apa yang ia lakukan bernilai di sisi Allah. Bahkan bisa berdampak positif bagi si pencuri dan pezina untuk tidak bermaksiat lagi, serta memberikan motivasi bagi si kaya untuk lebih semangat berderma.
Semoga kita istikamah untuk senantiasa mendermakan sebagian yang kita miliki di jalan Allah. Wallâhu a’lam bis shawâb. []